Tak Seperti Marwan dan Reni, Adjo Masih Jomblo

Adjo Sardjono
Wakil Bupati Sukabumi, Adjo Sardjono

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Marwan Hamami dan Reni Marlinawati sudah mendapatkan jodohnya masing-masing untuk kontestasi Pilkada Kabupaten Sukabumi tahun 2020. Kendati itu belum sepenuhnya resmi, setidaknya gambaran politik sudah mereka terintip. Lantas bagaimana dengan jodoh untuk Adjo Sardjono?

Pertanyaan ini tampaknya susah-susah gampang untuk dijawab. Yang pasti, Adjo hingga saat ini masih jomblo. Nasib Adjo tak seperti Marwan sedari awal memilih Iyos Somantri dan Reni yang meminang Sirojudin.

Bacaan Lainnya

“Ya beginilah realita politik pada umumnya,” kata Ketua Lingkar Kajian Demokrasi Sukabumi M Tahsin Roy kepada Radarsukabumi.com, Senin (6/7/2020).

Menurut Roy, ada banyak faktor yang menyebabkan pria yang saat ini masih menjabat sebagai wakil bupati tersebut. Yang pertama adalah tidak adanya ketegasan yang hendak akan dilaksanakan oleh kubu oposisi yang diakibatkan oleh suksesi politik yang terlihat lesu.

“Belum ada skenario saling mengunci antar partai politik, mengapung di atas ketidakpastian itu peluang partai pindah ke lain hati sangat besar,” ujar Roy.

Terbentuknya poros baru yakni Reni-Siroj yang notabene mengandaskan koalisi Hejo Ludeng antara PPP dan PKB juga pemicu lainnya mengapa Adjo belum menentukan siapa pasangannya. Tak dapat dipungkiri bahwa manuver politik partai berlambang Kakbah yang kini berkoalisi dengan PDIP memberikan dampak secara psikologi dengan tegas pada partai yang ditinggalkan dalam menentukan sikap ke depannya.

“Detik-detik injury time partai masih bisa merombak komposisinya. Tergantung lobi-lobi komunikasi yang dibangun antar partai,” papar Roy.

Pada bagian inilah, ungkap pria asal Sumatera ini, kubu penantang petahana atau oposisi seharusnya bisa membaca konsekwensi politik dari agreement palsu selama ini.

Sistem politik yang masih bergantung pada kekuatan patron, bagaimanapun partai yang menyatakan sikap sebagai oposisi akan menanggung persoalan finansial yang tinggi. Inilah yang mungkin menjadi problem politik yang besar bagi Adjo.

“Tidak ada satupun partai yang merasa nyaman berjauhan dengan kekuasaan. Yang ada hanyalah rasa sakit secara material,” tegas Roy.

Lantas, siapakah sosok yang sangat potensial menempati slot calon F2 bersama Adjo? Jika melihat dari komposisi partai koalisi pendukung Adjo yang masih setia hingga saat ini yakni Gerindra, PKB dan PAN maka, hanya ada dua nama potensial yaitu Yudha Sukmagara dan Iman Adinugraha.

“Ya, Yudha kita tahu adalah Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi sedangkan Iman sepak terjangnya di tingkat provinsi Jawa Barat. Kedua nama ini potensial dan memiliki kans. Untuk muncul nama lain bisa saja, tergantung komunikasinya nanti,” tutur Roy.

Namun sekali lagi, timpal Roy, hal-hal krusial dapat terjadi di menit-menit akhir proses lobi politik antara partai dengan sang kandidat. “Karena nantinya yang akan menjadi materi komunikasi lobi-lobi tersebut adalah soal cost politik dan juga mahar,” sebut Roy.

Di lain hal, lembaga yang dipimpin oleh Roy berharap bahwa parpol seperti Gerindra, PKB dan PAN tetap solid dalam mendukung Adjo dalam ajang Pilkada Kabupaten Sukabumi. Sebab ini demi sehatnya iklim demokrasi di Sukabumi. Untuk itu tak mengapa jika Adjo masih jomblo dalam menentukan siapa tandemnya asalkan ketiga partai tersebut masih istikomah dalam berkoalisi.

“Saya berharap mudah-mudahan Gerindra, PKB dan PAN tetap konsisten di barisan oposisi agar ada kepastian demokrasi. Begitupun dengan poros Reni dan Siroj dengan PPP dan PDIP juga semoga tetap konsisten. Biar pilkada nanti tidak ada istilah head to head. Kami dari Lingkar Kajian Demokrasi dengan tegas menyatakan bahwa harus ada minimal tiga poros dalam pilkada nanti,” tukas Roy. (izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *