Semua Gagal Panen

SUKABUMI — Bencana kekeringan yang melanda Sukabumi terus meluas, ribuan hektar sawah, ladang dan kebun milik petani di banyak kecamatan di Kabupaten Sukabumi terpaksa harus dipanen lebih awal, bahkan berdasarkan pantauan Radar Sukabumi ada beberapa petani di beberapa kecamatan yang harus rela gagal panen akibat lahannya kekeringan.

Di Kecamatan Ciemas misalnya, beberapa petani di wilayah tersebut harus menelan kerugian besar akibat gagal panen. Untuk menutupinya, para petani di wilayah tersebut beralih menanam buah semangka. Farid Saripudin (45) salah seorang petani di Kecamatan Ciemas mengatakan, bahwa sudah beberapa bulan ini kesulitan air. Bahkan, sawahnya dengan terpaksa harus gagal panen akibat kekeringan, untuk mengobati hal tersebut pihaknya bersama petani lain beralih untuk menanam buah semangka.

Bacaan Lainnya

“Iya untuk musim kemarin, petani di sini gagal panen, makanya sekarang mencoba peruntungan untuk menanam semangka, “terang Farid yang juga warga Kampung babakan Jati (01/06) Desa mekarsakti Kecamatan ciemas, baru-baru ini.

Dirinya menjelaskan untuk lamanya menamam semangka hinga panen memakan waktu 55 sampai 66 hari, namun itu juga tergantung adanya pasokan air dari lubang yang digali di sekitar sawah, jika sudah kering maka bisa juga semangka yang ditanamnya gagal panen juga. Ada sekitar 100 hektar lebih yang menanam semangka di daerah ini. Kebanyakan mereka mempergunakan modal sendiri.

“Ada yang modal pribadi ada yang dari pinjaman. Ya was-was juga kalau hujan dalam sebulan ke depan tidak turun, pasokan air untuk semangka bisa saja susah, sekarang modal untuk membikin sumur bisa sampai jutaan,” tandasnya.

Seorang Formulator Pupuk di perkebunan bawang putih Goalpara, Desa Langensari, Kecamatan Sukaraja, Dandung membenarkan bahwa musim kemarau saat ini dapat menjadi pemicu maraknya serangan hama yang menyerang pada tanaman petani. “Hama yang paling menonjol di musim kemarau adalah hama ulat punggel dan serangan jamur phytophthora,” katanya.

Untuk mengendalikan serangan hama, ujar Dandung, pihaknya bersama ratusan petani di perkebunan bawang putih sering memberikan obat fungsida dan penguatan nutrisi tanaman. “Hal ini dilakukan supaya tanaman sehat. Karena dengan pemberian nutrisi tanaman, selain mempercepat pertumbuhan tanaman juga akan terjadi penebalan daun. Sehingga tanaman tersebut tidak mudah terserang jamur maupun OPT,” paparnya.

Ia menambahkan, hama ulat punggel kebanyakan menyerang tanaman sayur pada usia muda, mulai dari satu hari tumbuh sampai usia tanam satu bulan. “Akibat serangan hama ini, maka akan berdampak buruk terhadap hasil pertanian, namun untuk panen pertama sayuran saat ini, tidak berdampak cukup signifikan. Karena serangan hamanya tidak mengakibatkan daun tanaman sampai habis,” pungkasnya.

Di tempat terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sukabumi Maman Suherman mengatakan bahwa BPBD sudah menetapkan darurat Kekeringan mulai dari tanggal 8 Agustus hingga 31 Oktober, pasalnya berdasarkan kajian dari BMKG pada bulan November sudah mulai turun hujan.

“Berdasarkan kajian dari BMKG, BPBD sudah menetapkan darurat kekeringan. Untuk Saat ini yang tercatat ada 17 Kecamatan dan 35 Desa, sementara untuk yang terdampak sebanyak 7.774 Kartu Keluarga dan 22.388 jiwa. Kalau melihat data sementara yang paling terdampak adalah daerah Kecamatan, Gegerbitung, Palabuhanratu, Ciemas dan Simpenan, “jelas Maman beberapa waktu lalu.

Untuk menekan semakin luasnya dampak kekeringan dirinya melakukan beberapa cara untuk langkah antisipasi seperti melakukan program pipanisasi dan penyaluran air bersih. Namun program ini hanya bisa berjalan di beberapa kecamatan saja, terutama kecamatan yang memiliki air pemukaan. Seperti di Gegerbitung, pihak BPBD tidak bisa melakukan program pipanisasi karena di kecamatan tersebut tidak ditemukan air dipermukaan.

“Untuk sementara program hanya dua, pipanisasi dan pengiriman air bersih. Untuk program membuat sumur bor BPBD tidak berani melakukannya, karena selain memakan biaya yang banyak faktor keberhasilannya belum bisa dipastikan, “tukasnya

Sementara itu, Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi menyarankan para petani padi agar beraLih tanam selama musim kemarau ini. Karena pada musim ini, tidak sedikit petani yang mengalami gagal tanam maupun gagal panen.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Ajat Sudrajat mengatakan, dari seluruh lahan pesawahan yang ada di Kabupaten Sukabumi, wilayah Selatan Sukabumi paling berpotensi mengalami kekeringan dan gagal panen.

“Dari 24.000 hektare lahan pesawahan, 20 persen atau 4.800 hektare diantaranya ada di diwilayah Pajampangan. Biasanya dimusim kemarau ini rawan terjadinya kekeringan,” jelas Ajat kepada Radar Sukabumi belum lama ini.

Sebagai upaya mengantisipasi kerugian yang besar, sambung Ajat, pihaknya mengaku sudah membagikan sekitar 3.000 mesin pompa air untuk menyedot air supaya sampai ke lahan pertanian warga. “Kami juga sudah menyarankan kepada petani agar memanfaatkan saluran air secara bergiliran. Sehingga seluruh pertanian padi di Kabupaten Sukabumi, khsususnya di wilayah Sukabumi Selatan dapat dikelola secara maksimal. Bahkan, selama musim kemarau ini kami juga sudah menyarankan agar beralih tanam ke palawija,” paparnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Sukabumi, Adjo Sarjono mengatakan, saat ini pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi tengah menginventarisir kekeringan di wilayah Sukabumi Selatan melalui Dinas Pertanian dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi.

“Kami sudah menginstruksikan petugas di lapangan untuk melakukan antisipasi. Seperti di daerah Ciwaru kita meminta BPBD melakukan assessment untuk mengetahui secara pasti soal penyebab kekeringan pertanian di daerah itu. Ya, apakah saluran airnya tidak jalan atau memang di daerah itu tidak ada sumber airnya,” katanya.

Ia menambahkan, saat ini sebagian lahan pesawahan di Kabupaten Sukabumi sudah masuk pada program asuransi untuk usaha tanam pangan. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi petani bila pertanian mereka gagal panen. Baik akibat dilanda kekeringan atau lahan pertaniannya diterjang bencana alam.

“Untuk itu, seluruh petani di Kabupaten Sukabumi diharapkan dapat mengikuti asuransi usaha tanam pangan. Hal ini untuk mengantisipasi bila pertanian mereka gagal panen,” pungkasnya. (ren/hnd)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *