Ridwan Kamil Bertemu Airlangga Hartarto Bahas Masalah Aktual dan Penamaan Jalan Eddy Sukardi di Sukabumi

Gubernur Jabar Ridwan Kamil bertemu dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto di Bandung, Sabtu (5/6). (Partai Golkar/Antara)

BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bertemu dengan Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya Airlangga Hartarto di Bandung, Sabtu (5/6). Pertemuan itu untuk membahas berbagai hal yang aktual.

Dalam pertemuan tersebut, Ridwan Kamil dan Airlangga Hartarto yang juga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian didampingi beberapa pengurus Partai Golkar membicarakan sejumlah hal. Mulai dari pengembangan Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Kabupaten Majalengka, hingga isu politik terkini.

Bacaan Lainnya

”Jadi Sabtu (5/6) saya kedatangan tamu istimewa, Pak Airlangga Hartarto Menko Perekonomian sekaligus Ketua Umum Partai Golkar membicarakan dukungan dari Menko Perekonomian untuk Jawa Barat khususnya pengembangan Bandara Kertajati. tadi kita bicarakan,” kata Ridwan Kamil seperti dilansir dari Antara.

Dalam momentum tersebut, Ridwan Kamil yang juga ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) menyampaikan aspirasi kepada Hartarto terkait pengelolaan migas. Khususnya ladang minyak marjinal agar dikelola pemerintah daerah.

”Kemudian saya menyampaikan aspirasi daerah penghasil migas dan energi terbarukan, kebetulan saya ketua umum. Kami memohon agar ladang minyak marjinal yang tidak diurus Pertamina diserahkan ke daerah sehingga bisa menjadi nilai tambah kesejahteraan masyarakat,” papar Ridwan Kamil.

Terkait politik, Ridwan Kamil meminta agar Partai Golkar berkomitmen dan bisa sejalan dengan Pemprov Jabar untuk mewujudkan visi Jabar Juara Lahir Batin. ”Selanjutnya membahas politik, dukungan terkait pengembangan Jawa Barat dari Partai Golkar sehingga Golkar berkomitmen mendukung program Juara Lahir Batin,” ucap Ridwan Kamil.

Secara khusus, Ridwan Kamil mendoakan agar langkah Airlangga terkait Pemilu 2024 bisa diberikan kelancaran.

”Saya berdoa kepada Allah untuk mempermudah segala urusan dan maksud Pak Airlangga khususnya pada 2024. Itu doa dari saya khusus untuk beliau. Beliau sangat senang dan mudah-mudahan menjadi tanda kolaborasi kita,” kata Ridwan Kamil.

Banyak hal dibahas dalam, pertemuan yang penuh keakraban itu, mulai dari penanganan Covid-19 hingga rencana penamaan jalan ‘Eddy Sukardi’. Dimana pembahasan sebagai kelanjutan dari jalan ‘Didi Sukardi’ yang merupakan jalan tingkat Provinsi di Kabupaten Sukabumi yang merupakan Eyang atau Kakek dan Uwa atau Paman dari Menko Airlangga.

Mengenal Eddy Sukardi Pejuang Bojongkokosan Sukabumi

Airlangga Hartarto adalah keturunan Kiai Ageng Gribig yang menurunkan raja-raja Mataram. Disebutkan pula bahwa Airlangga merupakan keturunan dari keluarga pejuang kemerdekaan RI, R.H. Didi Sukardi yang sudah tidak asing lagi di Sukabumi.

Airlangga adalah sosok yang sukses pada bidang pendidikan, dunia usaha, dan politik. Dia juga merupakan keturunan pejuang kemerdekaan.

Diberitakan epicentrum.co.id, Airlangga merupakan salah satu cucu dari seorang tokoh pejuang kemerdekaan asal Sukabumi, Jawa Barat yakni R.H. Didi Sukardi. Nama Didi Sukardi diabadikan menjadi nama jalan di Sukabumi.

Airlangga sendiri adalah putra dari Hartini (putri Didi Sukardi) dan Hartarto Sastrosunarto. Masyarakat setempat menganggap bahwa Didi Sukardi adalah salah satu tokoh yang patut dihargai dengan melihat jasa-jasa beliau memperjuangan peningkatan taraf hidup rakyat Sukabumi. Dia terus berusaha memajukan Sukabumi dan memberi yang terbaik dan memiliki keyakinan bahwa berjuang dan berkarya untuk mencapai hal besar justru harus dimulai dari hal yang kecil.

Menurut artikel dari Dr. Yuda Benharry Tangkilisan yang berjudul “R.H. Didi Sukardi and The Negara Pasundan: A Nationalist In The Federal State During The Indonesia Revolution 1945-1949”, kakek Airlangga itu merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh terutama bagi Sukabumi.

Didi Sukardi merupakan tokoh masyarakat Sukabumi terutama masa revolusi fisik dalam mempertahankan kemerdekaan. Dia merupakan tokoh nasionalis di kancah negara federal. Ini dapat dilihat dari pemikiran nasionalistik yang terdapat dalam pidato-pidatonya.

Didi Sukardi sendiri awalnya seorang pengusaha perkebunan. Akhir tahun 1920, dia juga menjadi Dewan Kabupaten Sukabumi. Kemudian dia juga menjadi ketua cabang dari Paguyuban Pasundan.

Sebelum kedatangan Jepang, Didi Sukardi sempat menjadi pemimpin dari Partai Indonesia Raya dan juga Gabungan Partai Politik Indonesia (GAPI). Ketika zaman pendudukan Jepang, dia menjadi petugas penghubung dari Pembela Tanah Air (PETA).

Ketika proklamasi kemerdekaan, dia berada di Sukabumi. Dia kemudian menjadi anggota Komite Nasional Indonesia di Sukabumi. Komite ini memiliki kontribusi terhadap ide mengirim delegasi ke pemerintahan militer Jepang di Bogor.

Dia bernegosiasi dengan penguasa Jepang dari syuchokan tentang permintaan untuk transfer kekuasaan kepada republik baru. Jepang merespon permintaan dengan kebijakan mempertahankan status quo, yaitu hanya mengikuti perintah negara-negara sekutu. Akibatnya pecah pertempuran Bojongkokosan.

Setelah perang berakhir, Didi Sukardi diangkat menjadi menteri di Negara Federal Pasundan. Setelah Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, dia menjadi anggota Dewan Konstituante.

Dari banyak pemberitaan, Airlangga Hartarto diketahui beberapa kali berziarah ke pemakaman kakeknya itu, di TPU Ciandam, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi.

Salah satu paman Airlangga dan juga anak Didi Sukardi adalah Letkol Edi Sukardi. Letkol Edi tercatat sebagai pemimpin dalam pertempuran Bojongkokosan yang terjadi di Sukabumi, 9 Desember 1945. Pertempuran Bojongkokosan diperingati sebagai Hari Juang Siliwangi.

Eddy Sukardi dikenal sebagai salah satu tokoh militer asal Jabar, sehingga dianggap sesepuh Siliwangi.

Eddie Soekardi bukanlah orang sembarangan, beliau adalah tokoh yang berhasil membuat tentara Inggris kocar-kacir dalam Perang Bojongkokosan yang telah menyebabkan ratusan serdadu Inggris gugur, ratusan lagi luka-luka, serta 150 kendaraan tempur hancur, termasuk tank Sherman yang pada masa itu merupakan kendaraan tempur legendaris dalam Perang Dunia II.
Letnan Kolonel Eddie Soekardi, yang saat itu menjabat sebagai Komandan Resimen III TKR yang membawahi Bogor, Sukabumi dan Cianjur adalah orang yang bertanggung jawab atas strategi yang membuat militer Inggris yang sebelumnya memiliki pengalaman perang di Burma, Malaya, dan Singapura kocar kacir.
Pertempuran yang pernah tejadi di kawasan Bojongkokosan, Sukabumi tersebut berhasil membukat mata dunia bahwa tentara dan rakyat Indonesia masih ada untuk tetap mempertahankan kemerdekaannya. (jpg)

Pos terkait