Pengembang Hunian Vila Ingin Perpanjang Momentum Pertumbuhan

PROPERTI: Direktur PT Ciputra Development Tbk, Agung Krisprimandoyo (kanan) bersama General Manager The Taman Dayu, Dodi Purwanto (kiri) dan Marketing Manager The Taman Dayu, Irawati (tengah) saat meninjau proyek klaster terbaru di The Taman Dayu, Pandaan Pasuruan. (Puguh Sujiatmiko/Jawa Pos)

JAKARTA, RADARSUKABUMI.com– Pengembang perumahan rumah vila rupanya mendulang rezeki selama pandemi Covid-19 pada 2020. Omset mereka rupanya tumbuh dua kali lipat dibanding 2019. Tahun ini, mereka berharap bisa mengulang kesuksesan tersebut.

General Manager The Taman Dayu Dody Purwanto mengatakan, omset grosir penjualan pada 2020 mencapai Rp 115 miliar. Hasil tersebut jauh berbeda dibanding raihan tahun 2019 yang mencapai Rp 60 miliar. ’’Tahun lalu, target kami sebenarnya Rp 70 miliar. Tapi, ternyata realisasi jauh melampaui,’’ ujarnya kepada Jawa Pos.

Tren tersebut pun sampai berlanjut hingga tahun ini. Delapan vila yang mereka tawarkan di kluster terbaru hanya tersisa satu unit. Dody menerangkan bahwa produksi vila memang tak sebanyak hunian lain karena pangsa pasarnya yang niche alias sempit.

Selain hunian, pihaknya juga bakal tawarkan area komersial untuk pengusaha. Menurutnya, para pengusaha pasti tertarik untuk membangun usaha kuliner atau spa untuk mengakomodasi penghuni villa di kawasan tersebut. ’’Tahun ini, kami targetkan penjualan bisa tembus Rp 100 miliar lagi,’’ ungkapnya.

Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jatim Soesilo Efendy mengatakan, pengembang rumah wisata memang mendulang rezeki berlimpah tahun lalu. Hal tersebut dikarenakan banyak masyarakat menengah ke atas yang berusaha menghindari risiko terkena Covid-19. Sedangkan, kota metropolitan seperti Surabaya masuk ke zona merah pandemi.

Dia mengatakan banyak temannya yang akhirnya pindah ke daerah pinggiran. Mereka biasanya mencari udara segar dan menghindari kerumunan. ’’Apalagi, faktor konektivitas antar Surabaya dengan kota seperti Malang atau Mojokerto sudah bagus semenjak ada tol,’’ tambahnya.

Ketua Asosiasi DPD Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Jatim Rudy Sutanto, faktor harga miring juga besar dalam mendorong penjualan hunian plesir di Jatim. Pasalnya, beberapa pemilik menjual vila mereka dengan harga miring untuk menutup kebutuhan selama Covid-19. Otomatis, konsumen yang selama ini menyimpan uang melihat hal tersebut sebagai kesempatan emas.

Pasar vila secondary alias bekas sendiri diakui naik hingga 80 persen tahun lalu. ’’Niat pertama mereka pasti untuk menjaga kesehatan. Dan setelah melihat harga yang menarik mereka jadi membulatkan tekad,’’ ungkapnya.

Tahun ini, pasar secondary diproyeksikan bisa mencapai 50 persen. hal tersebut karena banyak warga menengah ke atas yang sadar mereka butuh tempat berlindung jika pandemi terjadi di masa depan. Namun, pertumbuhannya tak setinggi tahun kemarin karena stok vila bekas yang mulai menipis serta harga yang kini mulai kembali ke normal.

’’Untuk pasar primary sendiri tergantung dengan pengembang. Kalau kredibilitas perusahaannya bagus, saya yakin vila mereka bakal laku,’’ imbuhnya. (bil)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *