Kondisi Puluhan Siswa SDN Suradita Gegerbitung Sukabumi Belajar di Sekolah Darurat Usai Diterjang Pergerakan Tanah

Sejumlah siswa saat belajar di bangunan sekolah darurat yang
MEMPRIHATINKAN : Sejumlah siswa saat belajar di bangunan sekolah darurat yang terbuat dari bahan bambu bitung dan beratapkan dari bahan terepal pada Senin (09/01).

SUKABUMI — Puluhan siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, terpaksa harus melakukan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di bangunan sekolah darurat. Lantaran, bangunan sekolah sebelumnya yang berada di Kampung Suradita, RT 18/RW 08, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, rusak berat setelah diterjang bencana pergerakan tanah pada 2021 lalu.

Kepala Sekolah SDN Suradita Edi Junaedi kepada Radar Sukabumi mengatakan, sedikitnya 49 siswa dari SDN Suradita harus rela belajar di bangunan yang terbuat dari anyaman bambu. Karena, bangunan sekolah sebelumnya mengalami rusak berat akibat bencana pergerakan tanah.

Bacaan Lainnya

“Baru mulai hari 49 siswa SDN Suradita belajar di bangunan sekolah darurat. Alhamdulillah, Alhamdulillah sudah dibuat dari bahan bambu bitung dan berdindingkan bilik atau anyaman bambu serta beratapkan dari bahan terepal,” kata Edi kepada Radar Sukabumi pada Senin (09/01).

Bangunan sekolah darurat yang memiliki ukuran 8 x 12 meter itu, telah dibangun oleh warga bekerjasama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kecamatan Gegerbitung di lahan milik perkebunan dengan jarak sekitar 500 meter dari lokasi bangunan sekolah yang rusak.

“Kalau semisal para siswa masih belajar di bangunan sekolah itu, kami dan orangtua siswa cemas bangunannya ambruk dan menimpa siswa. Makanya, kami bersama warga berinisiatif membangun sekolah darurat dengan swadaya, sambil menunggu bantuan dari pemerintah,” paparnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, bangunan sekolah di SDN Suradita yang rusak akibat bencana alam itu. Diantaranya, ruang kantor terapat pegerakan atau pergeseran tanah. Sementara, untuk bangunan yang menglami keretakan berada di teras dan halaman sekolah yang kondisi tanahnya sudah anjlok dan berlobang. Sedangkan untuk bangunan WC dan Musholla, kondisi tanahnya anjlok, sehingga bangunannya miring.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *