SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Sukabumi menilai pelonggaran dalam pelaksanaan PSBB belum dirasa tepat. Alasannya, tidak sedikit masyarakat yang masih tuna informasi tekait protokol kesehatan maksimal yang harus dijalani.
Ketua DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Sukabumi, Irawan Danismaya mengungkapkan, langkah pelonggaran yang telah diambil belum tepat. Karena, belum bisa dipastikan protokol kesehatan telah dilaksanakan hingga akar rumput masyarakat.
“Saya melihat kebijakan pelomggaran belum tepat, apakah pemerintah atau gugus tugas sudah bisa memastikan masyarakat sudah melakukan protokol kesehatan,” ungkapnya saat dihubungi Radar Sukabumi, kemarin (19/5).
Melihat keramaian di pusat pembelanjaan menjelang Idul Fitri, Irawan melihat, masyarakat tidak melakukan protokol kesehatan, sosial distancing dan psycal distancing.
“Kita lihat bersama, di pusat pembelanjaan. Saya tidak sepenuhnya juga menyalahkan masyarakat. Tetapi, masyarakat yang memang masih tuna informasi,” ujarnya.
Makna kata dilonggarkan, artinya masyarakat boleh melakuakan aktivitas sosial ekonomi, sehingga lahirnya istilah New normal, dimana produktifitas ekonomi tetap berjalan tetapi menerapkan protokol kesehatan maksimal.
“Sistem layanan kesehatan apakah sudah siap? Screening terus jalam? Isolasi mandiri jalan? Harusnya Pelonggaran dibarengi itu, termasuk pastikan masyarakat memahaminya,” tanya pria berkacamata itu.
Irawan juga menerangkan, munculnya istilah Indonesia Terserah, sebenarnya merupakan bentuk luapan kekecewaan dari para medis terhadap pelonggaran yang dilakukan oleh pemerintah.
“Intinya, kami tetap bekerja ada atau tidak adanya pasien. Tapi, kami minta jangan sampai masyarakat mengambil langkah sendiri dan dipaksakan hidup berdampingan dengan Covid-19,” pungkasnya. (upi/rs)