GMD Sukabumi Mengabdi di Kampung Cisuren

Puluhan anak-anak Kampung Cisuren, Desa Cicadas, Kecamatan Cisolok saat asyik menerima proses pembelajaran dari tutor GMD Sukabumi.

SUKABUMI – Gerakan Mengajar Desa atau GMD Sukabumi hadir untuk memastikan anak-anak di Kabupaten Sukabumi memeroleh pendidikan yang baik dan laik agar ke depan menjadi pemimpin terbaik di masa depan. Ini merupakan gerakan kedua yang diinisasi oleh para pemuda untuk melakukan pelatihan kemandirian pemuda Jawa Barat, menciptakan desa ramah pendidikan dan sadar hukum, serta melahirkan pemuda Jawa Barat yang PROTOCOL (Professional, Toughness, Communicator, dan Leader).

Kepala Bidang Reserch dan Statistic GMD-Sukabumi Anis Rismayanti mengatakan, gerakan ini menerjunkan 18 orang tutor inspiratif dalam pelaksanaan pengabdian di kampung Cisuren, Desa Cicadas, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi pada 16 hingga 21 November 2020.

Bacaan Lainnya

“Fokusnya pada pendidikan SD dan PAUD serta tetap menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan serta melaksanakan rapid tes sebelum dan sesudah keberangkatan sebagai syarat wajib pengabdian. Kami mengusung tema yaitu ‘Mewujudkan pemerataan pendidikan untuk setiap anak yang tinggal di desa sebagai perwujudan nyata tanggung jawab terhadap cita dan harapan bangsa’,” kata Anis Rismayanti kepada Radar Sukabumi, Jumat (4/12).

Anis menyebutkan bahwa pembelajaran untuk SD berfokus pada pembelajaran sosial budaya, sains, dreamming, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sedangkan untuk PAUD yaitu berfokus pada pembangunan karakter dan Calistung. Anis pun menyebutkan bahwa ada alasan mengapa kampung Cisuren yang dijadikan sebagai desa pengabdian.

“Karena melihat kondisi pendidikan di sana (Kampung Cisuren, red.) sangat minin baik dalam segi sarana prasarana serta guru pengajar,” ujarnyi.

Hasil penelitian selama pelaksanaan pengabdian GMD-Sukabumi, fokus pada pendidikan yakni siswa tidak terpenuhinya hak mendapatkan sarana prasarana yang ideal untuk mengembangkan bakat mereka serta menunjang kegiatan pembelajaran dan ketimpangan guru baik dari sisi distribusi ataupun kualitas.

“Hal ini menyebabkan adanya ketimpangan kualitas serta tidak akan tercapainya cita-cita founding father bangsa kita, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa,” bebernyi.

Lebih lanjut, Anis mengungkapkan bahwa jumlah guru SDN Cisuren hanya sebanyak 5 orang pengajar. Kelimanya terdiri dari tiga orang guru yang dapat setiap harinya datang ke sekolah serta dua guru yang telah tersertifikasi. Sedangkan jumlah pesertadidik SDN Cisuren sebanyak 65 orang siswa.

Kondisi bangunan sebagai fasilitas untuk belajar pun diklaim sangat riskan. Begitupun dengan PAUD yang ternyata tidak memiliki bangunan sekolah sehingga para peserta didik terpaksa memanfaatkan balai pertemuan untuk melangsungkan kegiatan pembelajaran.

“Selain kegiatan mengajar kami melaksanakan berbagai kegiatan diantaranya, pembuatan pojok baca sebagai wadah bagi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dan minat baca, cek kesehatan terhadap lansia, sosialisasi etika batuk dan bersin. Hal ini dilakukan sebagai langkah aware di masa pandemi untuk terus mengingatkan agar selalu menerapkan PHBS,” paparnyi.

“Selain itu kami pun ikut andil diberbagai kegiatan masyarakat. Seperti kerja bakti perbaikan jalan, menumbuk padi, pengolahan dodol, lahang, dan gula semut serta kegiatan masyarakat lainnya yang masih bersifat tradisianl karena desa ini merupajan desa yang kuat dan kental akan adat,” tuntas Anis. (izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *