Awas! Kekeringan Ekstrim Melanda Sukabumi Selama 60 Hari

Salah seorang petani di Kampung Raweuy RW 7 Kelurahan Sukakarya Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi saat mencabuti rerumputan yang tumbuh di sawahnya yang kekeringan.

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Barat menyatakan akan terjadi kekeringan yang cukup ekstrim di sejumlah daerah di Jawa Barat, termasuk Sukabumi. Hal ini berdasarkan hasil peta monitoring hari tanpa hujan provinsi terbaru pada 10 Agustus 2019 dan peta analisis curah hujan dasarian I Agustus 2019.

Pada rilis dari BMKG yang diterima Radarsukabumi.com, peringatan dini kekeringan dengan tersebut berstatus awas hasil pembaharuan pada tanggal 10 Agustus 2019. Disebutkan sejumlah daerah di Jawa Barat tidak akan terjadi hujan berturut-turut selama lebih dari 60 hari ke depan yang berpotensi kekeringan ekstrim dengan status awas.

Bacaan Lainnya

Adapun daerah tersebut di antaranya, Bogor, Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta, Sumedang, Indramayu, Cirebon, Majalengka, Garut, Bandung dan Sukabumi. Adapun di Sukabumi terdiri dari Jampangkulon, Pelabuhan ratu, Surade, Jampang Tengah, Cikakak, Cisolok, dan Ciemas.

“Ya berdasarkan hasil pemetaan dari BMKG Jawa Barat untuk beberapa di kecamatan di Kabupaten Sukabumi akan mengalami kekeringan ekstrim selama lebih dari 60 hari,” kata Ketua Forum Komunikasi SAD Daerah (FKSD) Kabupaten Sukabumi Okih Fajri Assidik kepada Radarsukabumi.com, Senin (12/8/2019).

Okih menjabarkan, dari kekeringan atau kemarau ekstrim ini ada beberapa hal yang berpotensi terjadi. Sehingga hal ini harus menjadi perhatian untuk setiap elemen masyarakat.

“Seperti kebakaran hutan dan lahan, lalu kekeringan yang berdampak pada sumber mata air tanah dan ancaman terhadap sawah atau hasil dari petani,” sebut Okih.

Untuk itu, Okih mengimbau kepada masyarakat agar tidak gegabah dalam aktivitas seperti membakar sampah dan membuang puntung rokok di tempat-tempat yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Selain itu, imbauan agar dapat lebih arif dan hemat dalam penggunaan air selama masa kemarau ekstrim ini terjadi.

(izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *