Sunrise ala YSG

Fawzy Ahmad

Oleh: Fawzy Ahmad – Redaktur Radar Sukabumi

SABTU (11/2) pagi saya sungguh luar biasa. Pertama, saya memutuskan menulis lagi. Kedua, saya bisa menyaksikan matahari terbit. Sekalian berolahraga dan berjemur. Demi meningkatkan imun tubuh. Rutinitas ini sebenarnya biasa saya lakukan. Tapi kali ini sedikit berbeda.

Bacaan Lainnya

Semalam, Jumat (10/12) saya pulang ke rumah cukup larut. Sekira jam 11.30 malam. Sesampai rumah, tidak langsung tidur. Mencoba untuk mengulas apa yang terjadi seharian. Salah satunya hasil obrolan bersama Yudha Sukmagara. Pria yang diamanahkan menjadi Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi.

Sosoknya ikonik. Muda, gagah dan ramah. Seorang pengusaha sukses. Yang bermanuver menjadi politisi. Karirnya moncer. Barangkali sudah jadi garis tangan Ilahi. Tapi saya tidak sepenuhnya percaya pada konsep itu. Bahwa tetap harus ada usaha, perjuangan dan ikhtiar. Untuk mencapai sebuah life goal. Kang Yudha, demikian sapaan akrabnya, juga menganut paham yang sama seperti saya.

“Memang ada orang yang mendapatkan gift bernama Factor Luck. Tapi untuk kesuksesan sejati itu tetap harus ada yang namanya perjuangan. Dalam agama Islam, disebut ikhtiar. Saya lebih percaya kepada ikhtiar. Bahwa apa kata orang, usaha tidak akan mengkhianati hasil, itu benar,” demikian ucapan Kang Yudha yang saya ingat.

Pria yang juga tersohor dengan nama YSG membeberkan definisi dari ikhtiar ala dia. Setiap orang adalah pemimpin. Setiap orang juga berhak untuk sukses. Maka, tugas setiap orang adalah sukses menjadi pemimpin. Yudha sudah membuktikan itu. Dia sukses menjadi pemimpin perusahaan, pemimpin partai dan kini menjadi pemimpin DPRD.

“Pemimpin itu harus punya mindset dan mental sunrise. Bukan sunset,” tegas Yudha yang membuat saya tertohok.

Saya pun mencoba untuk membedah perbedaan sunrise (matahari terbit) dan sunset (matahari terbenam). Kedua fenomena alam ini memiliki karakteristik yang berbeda. Pertama soal waktu. Kedua soal nuansa. Jika bicara keindahan, tentu sunset yang juara. Karena orang selalu merasa syahdu dengan lembayung yang tersaji saat matahari mulai beranjak. Indah memang. Tapi tak lama kemudian, kita memasuki waktu senja. Lalu petang. Kemudian malam. Malam itu waktunya beristirahat.

Sedangkan sunrise. Juga indah. Tapi keindahan ini jarang didapatkan orang. Kita harus bangun lebih awal. Sebelum matahari bersiap terbit. Di Indonesia, di negara mayoritas muslim, sunrise ini sangat mudah didapatkan. Karena orang muslim harus bangun sekira jam 4 subuh. Atau, bisa lebih awal lagi. Untuk mempersiapkan diri salat subuh. Kemudian dilanjutkan dengan aktivitas lainnya. Saya contohkan beberapanya; tidur lagi, berolahraga dan bekerja. Sebenarnya, ada aktivitas tambahan lainnya. Yaitu Salat Duha. Tapi ini sifatnya opsional. Khusus orang tertentu yang ingin melakukannya saja.

“Alhamdulillah, itu yang saya lakukan setiap hari. Kadang lelah, tapi insya Allah menjadi lillah,” tutur Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Sukabumi.

Konsep sunrise dan sunset ini benar-benar menghipnosis saya. Sekaligus ‘menajong’ sisi malas saya. Jika orang sesukses Kang Yudha saja disiplin dengan sunrise-nya, mengapa orang seperti saya tidak? Ya, Kang Yudha menawarkan konsep sunrise ini kepada masyarakat Sukabumi. Khususnya generasi milenial. Sunrise itu waktu ketika Tuhan melimpahkan rezeki kepada umat manusia. Sunrise itu juga waktu ketika Tuhan memberikan jutaan ide yang harus ditangkap dan diaplikasikan di jagad raya.

“Anak muda itu harus punya banyak ide kreatif. Kalau anak muda itu ingin sukses. Bangunlah di pagi hari. Buat yang muslim, setelah Salat Subuh, olahraga, lalu Salat Duha. Itu seperti yang guru dan ustaz saya sering ajarkan. Kemudian mulailah mencari rezeki dengan mengolah ide-ide itu. Anak muda Sukabumi harus punya mindset dan mental ala sunrise,” cetus Yudha.

Selain konsep sunrise dan sunset, Kang Yudha juga beberapa kali mengucapkan narasi ‘Sukabumi luar biasa’. Yang dia maksud, Sukabumi memiliki potensi alam yang kaya raya melimpah. Potensi itu disebut gurilaps. Potensi ini merupakan warisan leluhur kepada anak muda untuk dikembangkan dan diberdayakan.

“Allah itu sudah Maha Baik buat Sukabumi. Kita punya Geopark Ciletuh. Dunia sudah mengakuinya. Ini tugas kita semua, khususnya anak muda, agar bisa mengembangkan Geopark di Sukabumi. Dan potensi gurilaps lainnya. Saya punya mimpi, ketika bicara Jawa Barat, sudah tidak lagi soal Bogor dan Bandung. Tapi Jawa Barat itu Sukabumi. Kalau perlu bicara Indonesia, ya Sukabumi. Bisa tidak? Insya Allah, pasti bisa. Karena Sukabumi itu luar biasa,” tukas Yudha.

Begitulah petuah singkat yang saya dapatkan dari obrolan semalam di salah tempat usaha Kang Yudha. Tepatnya di SPBU Ciaul. Semalam, adalah pertemuan kedua tatap muka saya dengan Yudha. Yang pertama, saya aksi bertajuk bela Islam beberapa tahun di Kota Sukabumi. Kang Yudha tampak hadir berbaur dengan ribuan umat muslim Sukabumi lainnya. Saya masih ingat jelas, dia memakai peci hitam, baju putih dan celana bahan.

Tapi itu tidaklah penting. Yang penting, bagaimana kita menyambut sunrise ala kita masing-masing. Seperti halnya sunrise ala Kang Yudha. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *