Retrofitting Cuan

Oleh: Fawzy Ahmad

INI menarik sekali. Bahwa ada metode konstruksi bangunan aman dari gempa. Namanya retrofitting. Metode ini sedang digaungkan oleh American Red Cross alias Palang Merah-nya Amerika.

Metode ini sedang dipraktekkan di dua daerah terpilih, yakni Banyuwangi dan Sukabumi. Kalau dibilang sebuah prestasi, ya bukan prestasi juga. Tapi lebih kepada kepercayaan bahwa sumber daya manusia yang ada di Kota Sukabumi dianggap paling siap untuk melaksanakan retrofitting. Konon metode ini menggunakan teknik ferocement.

Di Kota Sukabumi, Amicros menunjuk Kelurahan Baros sebagai pilot project. Alasan ilmiahnya, Baros adalah satu-satunya kelurahan yang berada tepat di Sesar Cimandiri. Sesar atau patahan ini sedang aktif-aktifnya. Dan alasan ini kian diperkuat seiringan dengan kajian potensi gempa hingga 7 magnitudo di Sukabumi. Yang merilis kajian ini adalah Dr Nuraini Rahma Gempa, seorang peneliti gempa yang kini bertugas di LIPI.

Kajian ini bukan prediksi. Sebab belum ada satupun diskursus yang dengan mutlak mengatakan gempa dapat diprediksi. Namun kajian ini sebagai referensi preventif dan mitigasi seandaikanya gempa terjadi. Nah, salah satunya adalah dengan metode retrofitting.

Dalam beberapa kali kesempatan, Saya telah menyimak video ulasan retrofitting tersebut. Dalam video yang diproduksi di sebuah studio khusus konstruksi bangunan di Jepang itu, ada dua rumah. Satu yang menggunakan retrofitting, satunya lagi tidak. Kedua rumah tersebut berada di atas sebuah alas yang dapat bergoyang layaknya gempa. Setelah disimulasikan dengan menduplikasi gempa hingga 5 magnitudo lebih, bangunan yang menggunakan retrofitting masih tetap berdiri.

Ya, berdiri. Bukan berarti tidak rusak. Kerusakan itu ada, tapi tidak separah rumah yang tidak menggunakan retrofitting. Yang hanya dalam menit-menit awal saja dinding-dinding rumahnya sudah roboh. Ada yang roboh ke dalam, ada yang keluar. Apapun itu, berbahaya bagi penghuni rumah. Beda halnya dengan rumah retrofitting.

Artinya, retrofitting sejauh ini benar-benar teruji sebagai metode rumah aman gempa. Dan PMI Kota Sukabumi bakal menghadirkan rumah aman gempa pertama di Jawa Barat. Keren.

Di topik lain, kita masih berkutat dengan virus corona. Ada COVID-19, ada juga varian terbaru bernama Corona B117. Di sini tidak akan membahas soal corona secara klinis. Namun dampak corona terhadap perekonomian dan kehidupan sosial.

Pemerintah sendiri telah mengeksekusi Strategi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam rangka COVID-19. Ini dilakukan agar Indonesia tidak terjerumus dalam jurang resesi. Ini merupakan salah satu ikhtiar Presiden Joko Widodo agar ekonomi dalam negeri tetap stabil. Di samping program bantuan lainnya yang menyentuh segala level kehidupan masyarakat.

Namun yang masih menjadi problem sosial ekonomi saat ini, adalah sulitnya masyarakat untuk menghasilkan uang, cuan dan peluang di tengah pandemi. Ribuan karyawan di-PHK. Pendapatan toko, hotel hingga rumah makan berkurang. Inflasi meningkat. Lantas ini menjadikan kurva pengangguran, kejahatan dan kemiskinan menukik tajam. Seharusnya ‘pilot’ sudah menyerukan MAYDAY, MAYDAY, MAYDAY.

Tapi optimisme masih ada. Setidaknya jika melihat gerakan-gerakan mikro masyarakat, seperti sedekah, pemberian nasi bungkus dan lain-lainnya. Orang-orang kaya dan baik itu masih ada. Asa untuk bangkit dari pandemi masih ada. Entahlah, mungkin ini dampak positif hadirnya pandemi di Indonesia. Kedermawan masyarakat diuji dan teruji.

Gempa dan covid-19 adalah sama-sama bencana, beda jenis saja. Bencana alam dan bencana nonalam alias medis. Dibutuhkan kolaborasi ide dari keduanya. Maka izinkan saya menarasikan itu dengan retrofitting cuan.

Apa itu retrofitting cuan? Upaya untuk menguatkan lagi sendi-sendi ekonomi masyarakat agar dapat bangkit dari krisis pandemi. Falsafah retrofitting itu sendiri bukan membongkar seluruhnya bangunan, namun menguatkan beberapa komponen bangunan dengan menggunakan bajet yang kecil. Dan tentunya juga aman.

Kita pun tidak harus membongkar ulang sistem perekonomian. Cukup menguatkan saja sisi-sisi yang perlu dikuatkan. Di PMI sendiri ada tagline warga bantu warga. Ini dapat diterjemahkan dengan saling membeli dagangan tetangga, memberikan bantuan atau sedekah, dan lainnya. Sehingga terjadi sirkulasi ekonomi yang kuat dan aman dari bencana kemiskinan.

Sebagai penutup, tulisan berjudul ‘Retrofitting Cuan’ hanyalah sebagai pengantar. Setidaknya kita semua mengetahui ada metode retrofitting. “Diterjemahkan dari bahasa Inggris-Retrofit adalah penambahan teknologi atau fitur baru ke sistem lama – Wikipedia”

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *