Perjuangan memanusiakan sagu memang sulit tapi dia sudah beberapa kali menghadapi keadaan yang lebih sulit.
Jenny pun kini memproduksi mie sagu untuk spageti. Maka saya seperti menduga Jenny sedang mempersiapkan internasionalisasi sagu. Dia tentu melirik dengan mata nakalnyi itu pasar Tiongkok.
Di sana pasar produk non gluten lagi naik. Dia punya jaringan di sana. Suaminyi yang mati muda itu berasal dari Beijing. Kini Jenny mengurus perjuangan mie sagu ini dengan anak bungsunyi.
“Sudah punya pacar?” tanya saya pada pemuda ganteng umur 20 tahun itu.
“Nggak boleh pacaran. Harus bantu mama sampai mie sagu ini sukses,” jawabnya. (Dahlan Iskan)