Indonesia Masa Depan 5 :  Kampanye Presiden itu di Ruang Redaksi

Hazairin Sitepu atau Bang HS berbincang
Hazairin Sitepu atau Bang HS berbincang dengan Rocky Gerung. (Foto Sofyansyah/Radar Bogor).

Rocky Gerung: Korupsi kan dasarnya etikabilitas. Karena itu, saya buat parameter. Pemimpin itu harus complied, harus fit and propper, harus lolos uji. Nah, ujian pertama harus lolos etikabilitas. Yang kedua intelektualitas. Barulah yang ketiga, uji elektabilitas. Jadi, elektabilitas seseorang itu diukur pada etikabilitas dan intelektualitasnya. Kalau sekadar elektabilitas, di lembaga survei, nama seseorang bisa saja tiba-tiba naik.

Bacaan Lainnya

Bang HS: Apakah yang ada selama ini masih sebatas elektabilitas?

Rocky Gerung: Saya lihat poster, baliho setinggi Monas, wajah seseorang yang jadi capres. Tapi saya tidak tahu otaknya di mana. Karena wajahnya saja yang ditampilkan. Nuraninya di mana, juga kita tidak tahu.

Bang HS: Karena kita lihat mereka ini lebih banyak menampilkan tampang, lalu goyang-goyang (joget) di Medsos.

Rocky Gerung: Itu kan jualan.

Bang HS: Apakah benar pikiran saya, bahwa sangat penting mereka ini (capres) lebih menjual gagasan?

Rocky Gerung: Gini saja gampangnya. Ada Erick Tohir, Ganjar, AHY, Anies Baswedan, coba diundang ke sini dan bicara tanpa sensor. Pers punya kemampuan mendalami dan mengulik bahkan lapisan intelek paling dalam dari mereka. Berapa orang sih yang lulus? Jadi, jangan dibilang dia layak menjadi presiden karena balihonya di mana-mana. Tapi otaknya tidak ketahuan ada di mana.

Bang HS: Adu gagasan di redaksi?

Rocky Gerung: Itu penting. Kampanye pertama dari seorang presiden atau calon presiden itu di kampus dan di ruang redaksi. Karena di situ diuji gagasannya, wawasannya. Kalau kampanye di panggung dangdut, ya, tidak ada percakapan begini. Harus ada panggung akademis untuk menguji seseorang. Joget-joget di Tik Tok? Otaknya ikut joget gak? (bersambung)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *