Bejana itu sendiri tidak lagi di plaza itu. Ia sudah dipindahkan ke lokasi sekitar 25 meter dari situ. Sudah ditanam. Dengan penanda seperti beton segi empat. Dua x dua meter. Setinggi setengah meter dari tanah.
Posisi ”tanah-air” Indonesia itu lebih dekat dari lapangan parkir di puting bukit yang sudah diratakan tadi.
Berarti letak Titik Nol ini dekat sekali dengan jalan raya utama jurusan Samarinda-Banjarmasin. Tidak sampai1 km.
Bukan di sebuah pedalaman yang jauh dari mana-mana.
Sebelum meninggalkan Titik Nol saya pun berpikir: saya juga harus menyumbangkan sesuatu di Titik Nol. Biar pun saya bukan gubernur. Maka saya cari toilet temporer di dekat parkir itu: saya menyumbang air dari bagian tubuh saya yang paling vital di situ.(*)