Fatwa Akhundzada

Dahlan Iskan
Dahlan Iskan

OLEH: DAHLAN ISKAN

BESOK adalah batas waktu yang tidak bisa dimundurkan lagi. Seluruh tentara Amerika harus sudah meninggalkan Afghanistan besok malam. Apa yang akan terjadi besok lusa?

Bacaan Lainnya

Harapan saya: misteri besar satu ini terungkap. Yakni tampilnya pemimpin tertinggi Taliban yang sebenarnya. Yang selama ini belum pernah muncul. Jangankan sosoknya. Pun suaranya.

Itulah ia: Mawlawi Hibatullah Akhundzada. Umur: tidak ada yang tahu. Tempat tinggal: rahasia. Selebihnya: masih misteri.

Setidaknya saya menunggu fatwa apa yang akan diucapkannya. la adalah Rais Syuriah Afghanistan. Di atas pemerintahan. Ia yang akan memberi fatwa. Ke mana arah kebijakan baru Afghanistan 2.0.

Pemimpin tinggi Taliban yang sudah muncul belakangan ini “hanyalah” deputi beliau. “Tapi pers Barat sudah terhipnotis oleh penampilan para pimpinan baru itu. Jangan percaya dulu,” ujar Husain Haqqani, 65 tahun.

Haqqani adalah tokoh Pakistan yang tinggal di Amerika. la pernah menjadi duta besar di PBB dan di beberapa negara. Ia pernah menjadi penasihat dua perdana menteri Pakistan: Nawaz Syarif dan Benazir Bhutto. la mantan aktivis mahasiswa. Juga mantan wartawan. Termasuk pernah meliput perang di Afghanistan untuk media Amerika.

Tapi kita juga tidak bisa percaya Haqqani sepenuhnya: ia terlalu dibenci kalangan intelijen Pakistan. la dianggap terlalu membela kepentingan Amerika.

“Taliban tetap Taliban,” katanya. “Semoderatmoderat Taliban tetap akan represif. Terutama terhadap wanita,” tambahnya.

Haqqani memang agak heran atas sikap baru para pemimpin tinggi Taliban. Yang terlihat begitu moderat. Yang kok bersedia tampil di depan konferensi pers. Yang kok mau diwawancarai live oleh TV dengan Pewawancara wartawan Barat.

“Tapi ingat. Mereka bukan pemimpin tertinggi Taliban. Jangan tergiur oleh mereka yang punya kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Inggris,” katanya.

Sang pemimpin tertinggi, Hibatullah Akhundzada, masih gaib. la pemimpin tertinggi ketiga dalam sejarah Taliban. la menggantikan Akhtar Mansour yang tewas oleh serangan Amerika.

Itu yang tidak boleh lagi terjadi pada Akhundzada. Keberadaannya harus dirahasiakan berlapis-lapis. Apalagi dua tahun lalu ada rumor kuat: ia terbunuh di Pakistan.

Memang sudah dua kali Akhundzada jadi sasaran pembunuhan. Pertama tahun 2012, ketika berada di “persembunyiannya” di Quetta. Itu adalah ibu kota Provinsi Balochistan, yang termiskin di Pakistan. Yakni yang berbatasan dengan Kandahar, Afghanistan. Baik yang di sisi Pakistan maupun yang di sisi Afghanistan samasama berpenduduk suku Pastun. Persaudaraan sesama Pastunnya mengalahkan batas negara.

Boleh dikata di Quetta itulah Akhundzada bersembunyi di tempat terang. Ia diterima di Quetta sebagai pemimpin agama setempat yang dihormati. Ia diminta menjadi pemimpin lembaga pendidikan yang memiliki banyak madrasah. Bagaimana bisa ulama asing bisa diterima begitu dalam di Pakistan kalau tidak benar-benar istimewa.

Di Quetta itu, seseorang berdiri di tengah peserta pengajian Akhundzada. Mengacungkan pistol. Dari jarak dekat. Tidak terdengar bunyi dor. Pistol macet. Pemegang pistol segera diringkus oleh pengawal Akhundzada.

Yang kedua terjadi persis dua tahun lalu. Tepatnya 16 Agustus 2019. Sebuah ledakan besar meletus di masjid tepat setelah salat Jumat. Juga di Provinsi Balochistan, Pakistan. Yang hampir separo penduduknya suku Pastun.

Akhundzada selamat. Tapi saudara kandungnya, Hafiz Ahmadullah, tewas. Hafiz juga mengakar di wilayah Pakistan. la menggantikan kakaknya sebagai pimpinan madrasah di Pakistan itu. Yakni ketika sang kakak diangkat menjadi pemimpin tertinggi Taliban di tahun 2016.

Ketika bom itu meledak, Akhundzada baru berhasil memimpin penumpasan kelompok “Negara Islam Iraq” (bagian dari ISIS) di Afghanistan Timur.

Jadi, kalau Taliban 2.0 menyatakan anti ISIS tampaknya bukan sikap baru. Pemimpin mereka memimpin sendiri penumpasan basis ISIS. Dan ia sendiri nyaris jadi korban bom ISIS.

Apakah Akhundzada benar-benar masih hidup? Pers Barat sendiri masih yakin Akhundzada masih hidup. Bahkan sudah menyeberangi perbatasan Pakistan. Sudah menuju Kandahar, “ibu kota” Taliban. Di Kandahar, Akhundzada bermarkas di suatu tempat rahasia.

Reputasi Taliban dalam menyembunyikan pemimpin tertinggi mereka sudah terkenal. Misalnya saat pemimpin tertinggi Taliban pertama, Mohammed Omar, meninggal dunia. Akibat TBC menahun. Publik baru tahu dua tahun kemudian. Tempat meninggalnya di sebuah rumah sangat miskin di sebuah gunung terpencil.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *