Kontroversi ‘Baju Putih’

Ketua Tim Kemenangan Daerah (TKD) Jokowi -Ma'ruf Amin Kota Sukabumi, Bagus Pekik dan Ketua DPP Gerindra, Heri Gunawan

SUKABUMI – Seruan Calon Presiden nomor urut 01, Jokowi terkait pemakain baju putih di saat pencoblosan 17 April mendatang nyatanya menjadi kontroversi atau perbincangan di masyarakat.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Tim Kemenangan Daerah (TKD) Jokowi -Ma’ruf Amin Kota Sukabumi, Bagus Pekik menilai seruan memakai baju putih saat pencoblosan itu merupakan hal yang tepat. Hal tersebut membuat kubu lain menjadi keder.

Bacaan Lainnya

“Ya secara psikologis akan membuat keder lawan. Apalagi jika yang datang ke TPS banyakan baju putih,” ujar Ketua TKD Jokowi-Ma’ruf Amin Kota Sukabumi Bagus Pekik, kemarin.

Seruan itu kata Bagus sesuai dengan surat suara, lantaran pasangan Capres 01 itu menggunakan baju putih. Apalagi hak itu sebagai simbol juga, dimana putih dipilih yang putih. “Bagus sekali, Intinya seruan itu sangat keren banget. Putih pasti pilih yang putih,” katanya.

Untuk di Kota Sukabumi sendiri kata Bagus akan melaksanakan intruksi yang diserukan oleh Jokowi. Bahkan akan memutihkan setiap TPS di Sukabumi. ” Kita kan satu komando, perintah dari TKN kita laksanakan,” pungkasnya.

Bedahalnya dengan pendapat Ketua DPP Gerindra, Heri Gunawan mengatakan bahwa kebiasaan memakai baju putih itu diklaim Gerindra lebih awal dilakukan oleh Prabowo- Sandi.

Bahkan Partai Gerindra pakaian partainya identik dengan warna putih dan celana cream. Ajakan Jokowi agar para pendukungnya memakai pakaian warna putih seolah sinyal untuk agar masyarakat mencoblos Prabowo – Sandi.

“Masyarakat sudah tahu ko identitas kita,tiba-tiba ada ajakan ke TPS memakai pakaian berwarna putih dari Presiden, sepertinya Pak Jokowi meminta rakyat Indonesia untuk mencoblos nomor urut 02.

Terima kasih Pak, untuk mensuarakan pemilih memilih nomor urut 02.” Imbuh Heri Gunawan dengan nada menyindir.

Anggota Komisi XI DPR RI yang akrab disapa Hergun ini menandakan kepanikan dari calon petahana setelah adanya beberapa survey terakhir yang terus menunjukan penurunan elektabilitasnya.

Pasalnya, mengenakan kostum putih tidak ada relevansinya dengan kelancaran pencoblosan.

“Contohnya, beberapa gerakan didominasi kostum putih justru cenderung berpihak kepada oposisi. Adanya gerakan ‘putihkan’ di sejumlah daerah seperti di Solo dan Jakarta. Terbesar yakni gerakan umat Islam 212,” ujarnya.

Ditambahkan Hergun masyarakat saat pencoblosan bebas menggunakan baju dengan warna apa saja. Terpenting saat pencoblosan jangan ada embel-embel atribut partai saja.

“Bagi kami, rasanya tidak berlebihan jika membebaskan  pendukung Prabowo-Sandi memakai baju putih, baju biru atau tidak. Tapi kalau pendukung 01 atau 02 memakai kostum putih juga, sah-sah saja,” pungkasnya. (bal)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *