Kalau pertalite dihapuskan, lanjut Netty, ini akan berdampak pada naiknya biaya produksi karena harus beralih ke BBM jenis lain yang lebih mahal.
“Naiknya biaya produksi akan menaikkan harga jual. Dan tentu saja dapat berdampak pada penurunan daya beli masyarakat untuk kebutuhan pokok seperti ikan, telur, beras dan lain-lain,” tambahnya.
“Ketika daya beli menurun, maka kemampuan keluarga untuk membeli asupan bergizi juga akan terganggu. Bagaimana kita mau menggenjot penurunan angka prevalensi stunting jika masyarakat tidak mampu membeli bahan makanan, terutama protein hewani yang semakin mahal?” ungkap Netty.
Oleh sebab itu, lanjut Netty, polusi memang harus dikendalikan, tetapi penghapusan BBM Pertalite bukanlah tindakan yang bijak karena dampaknya bisa kemana-mana.(*)