Murid SDN Ciseureuh Mahir Main Gamelan Tanamkan Cinta Budaya Sunda sejak Dini

SUKABUMI – Globalisasi yang terjadi, kerap kali memberikan dampak yang cukup besar bagi warga Indonesia. Banyak kebudayaan asing yang masuk dan perlahan-lahan mulai menggeser kebudayaan asli milik negeri.SD Negeri (SDN) Ciseureuh Kota Sukabumi mengajak murid-muridnya, untuk terus melestarikan budaya seni Sunda, gamelan.

Sudah satu tahun lamanya setelah Muhlis Tajiri menjabat sebagai Kepala SDN Ciseureuh Kota Sukabumi, kegiatan ekstrakurikuler kesenian degungan ini berlangsung.Murid-murid yang mengikuti kegiatan degungan ini berasal dari kelas V, mereka rutin berlatih setiap Kamis sepulang sekolah atau setelah jam pelajaran selesai.

Guru Pembina Seni SDN Ciseureuh Kota Sukabumi Nunung Siti Nurhasanah mengatakan, kesenian degungan ini juga biasanya ditampilkan saat acara perpisahan sekolah.”Ketika acara perpisahan kan ada upacara adat, nah murid-murid kita ini yang nantinya mengiringi dengan kesenian degungannya,”ujar Nunung saat ditemui Radar Sukabumi di SDN Ciseureuh, Jum’at (28/9).

Dijelaskan guru ramah ini, ekstrakurikuler kesenian Sunda ini mendapat sambutan yang baik murid-muridnya dan juga orang tua murid yang tidak pernah absen saat acara perpisahan.SDN Ciseureuh sendiri mendatangkan pelatih degungan yaitu Jamal Solihin. Ia sudah malang melintang di dunia kesenian Sunda, semenjak 1987.

Jamal mengatakan, generasi muda sekarang sudah mulai terpengaruh oleh budaya asing. Untuk itu ia dengan senang hati melatih murid-murid SDN Ciseureuh dalam bermain degungan.”Untuk menumbuhkan rasa cinta anak kepada budaya Sunda adalah harus mengenalkan budaya itu sendiri, jadi setelah mengenal apa itu degungan dan beberapa kali mencoba memainkan alatnya, anak-anak sudah mulai menyukainya,”ulas Jamal.

Satu grup pemain gamelan terdiri dari enam orang, diantaranya adalah pemain saron I, saron II, bonang, jelong, goong dan juga gendang.Selama ini, Jamal tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam melatih murid-murid SDN Cisereuh dalam bermain gamelan.

“Ya paling mereka mainnya belum bisa pakai hati, jadi mukul saron atau goong-nya itu semaunya aja, belum pas ketukan iramanya, tapi lama-lama berlatih sudah semakin bagus dan mulai berirama,”terangnya.Jamal berharap Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dinas P dan K) Kota Sukabumi lebih memperhatikan sekolah-sekolah dan memfasilitasi peralatan seperti gamelan.”Ini untuk membantu anak mengenal dan mencintai budaya Sunda itu sendiri,”tegasnya.

 

(pkl2/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *