Film “Neukteuk Kuku” Karya Mahasiswa Nusa Putra Sukabumi Jadi Best Movie Nasional

UNP
KEREN: Sebuah karya film pendek dari mahasiswa Program Studi DKV UNP berhasil menjadi Best Movie dalam ajang Poster dan Short Movie National Competition 2022 yang diselenggarakan oleh Hima Pendidikan IPS FIS UNY.

SUKABUMI – Universitas Nusa Putra (UNP), Sukabumi Jawa Barat (Jabar) kembali berhasil menunjukkan karya terbaiknya di kancah nasional.

Melalui sebuah karya film pendek dari mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) berhasil menjadi Best Movie dalam ajang Poster dan Short Movie National Competition 2022 yang diselenggarakan oleh Hima Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Di ajang lomba tersebut Tim Kabarawa Prodi DKV UNP menghadirkan film pendek berjudul “Neukteuk Kuku“. Film berdurasi 9 menit 45 detik tersebut mengadaptasi cerita mitos (dosa, Red) yang sering terdengar di telinga masyarakat Sunda yaitu larangan potong kuku di malam hari, karena dapat memperpendek umur seseorang.

Film pendek ini pun dibuat dan dibintangi langsung oleh mahasiswa DKV UNP yaitu Tim Kabarawa yang memiliki empat orang anggota mahasiswa dan dibimbing satu orang dosen, diantaranya Sutradara oleh Muhammad Alfaridzi Ramadhan mahasiswa DKV, Produser Tulus Rega selaku dosen DKV Universitas Nusa Putra, Putri Kania Dinata sebagai Nia (karakter utama), Shelly Selvya sebagai Teteh dan Siti Nurlaela sebagai hantunya.

Sementara Kameramen Muhammad Alfaridzi Ramadhan dibantu asisten kameramen Aditya Ilyas, Penulis skrip Siti Nurlaela yang juga dibantu oleh asisten skrip Fadli Fariduddin. Untuk bagian lighting Muhammad Alfaridzi Ramadhan dan dibantu oleh asisten lighting Ericka Viviana Yuono, Make up oleh Putri Kania Dinata dan Siti Nurlaela, Editor Muhammad Alfaridzi Ramadhan dan dibantu oleh asisten editor Maya Nuraeni.

Salah satu tim Kabarawa yang juga sekaligus sebagai Sutradara di film pendek tersebut, Muhammad Alfaridzi Ramadhan mengaku senang dan bangga lantaran karya perdananya ini bisa terpilih menjadi karya terbaik.
“Alhamdulillah senang banget, karena ini adalah film perdana dari tim produksi kami dan terutama bagi saya, bikin film ini adalah pengalaman baru,” terangnya kepada Radar Sukabumi, Minggu (4/9).

Alfaridzi mengatakan jika awalnya film ini bukan dipersiapkan untuk mengikuti lomba tetapi untuk tugas akhir semester, namun saat melihat postingan iklan lomba tersebut ia dan teman-teman timnya dan juga dosen berinisiatif untuk mengirimkan karyanya untuk diikutsertakan lomba dan hasil yang tidak tertuga menjadi juara kategori Best Movie.

“Kebetulan tema lombanya itu tentang kebudayaan dan film yang kami buat juga tentang mengangkat tentang kebudayaan yang ada di Sunda,” ucapnya.

Menurutnya film ini terinspirasi dari cerita mitos gunting kuku malam hari itu sendiri yang beredar di masyarakat sunda karena bisa memperpendek umur oleh karena itu orang tua pada zaman dahulu melarang anaknya untuk menggunting kuku di malam hari.

“Kita juga mengambil referensi dari short movie yang ada di YouTube sama film horror blockbuster untuk menambah wawasan, ” imbuhnya.

Alfaridzi mengaku selama pembuatan film mengalami beberapa kendala salah satunya di waktu dan tempat syuting. Lantaran mengambil tema jangan menggunting kuku di malam hari otomatis film tersebut di buat saat malam hari.
“Karena syuting malam dan di rumah tempat kita syuting itu ada anak kecil, jadi kita gak bisa terlalu berisik kalo larut malamnya, ya kita mengantisipasinya dengan syuting di jam-jam aman selama beberapa hari, jadi beresin beberapa shot dulu di satu hari, shot lainnya di hari-hari berikutnya dan Alhamdulillah nya masih bisa beres sebelum batas akhir pengumpulan tugasnya,” ujarnya.

Ia pun berharap film hasil karya bersama teman-temannya ini bisa bermanfaat bagi banyak orang, bisa diambil pesan yang tersirat di dalamnya dan kedepan karyanya bisa lebih baik lagi.

“Target kedepan ingin bisa bikin film yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi banyak orang, serta bisa ikut dalam perlombaan atau festival film lainnya,” ucapnya.

Sementara itu, dosen pembimbing lomba Tulus Rega juga mengapresiasi prestasi yang diraih oleh para siswanya itu.

“Sangat bangga dan senang kita bisa menjadi yang terbaik mengalahkan ratusan peserta lainnya se-Indonesia karena ini tingkatnya nasional. Tentu harapan kedepan kita bisa sering menghasilkan karya lagi yang terbaik bukan hanya di kancah nasional harapan kita bisa bersaing di kancah internasional,” pungkasnya (wdy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *