RSUD Penuh, 80 persen Pasien Covid-19 Tak Dirawat

BERI DUKUNGAN: Kepala BNPB Ganip Warsito (dua dari kiri), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Gubernur Jatim Khofifah Indra Parawansa meninjau lokasi vaksinasi di Kediri kemarin. (BNPB FOR JAWA POS)

JAKARTA — Mayoritas pasien Covid-19 yang datang ke RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan mengalami gejala berat. Saturasi paru-paru mereka terbilang parah. Kapasitas tempat tidur RS juga mendekati batas maksimal. Hal tersebut diungkapkan Kepala RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Nunuk Kristiani.

Dia melaporkan bahwa dari kapasitas maksimum tempat tidur sebanyak 150 unit yang dimiliki RSUD Bangkalan, saat ini sudah terisi 105 pasien atau sekitar 70 persen dari kapasitas. ”Rata-rata pasien yang datang ke kami (dalam kondisi, Red) cukup buruk. Terjadi penurunan kesadaran, ada yang sesak berat. Sedikit sekali yang kasus ringan. Pasien yang datang ke RS kami rata-rata sudah agak terlambat (ditangani, Red) dengan desaturasi (paru-paru, Red),” tutur Nunuk kemarin (10/6).

Dia menuturkan, awal mula terjadinya lonjakan kasus di Bangkalan mirip dengan Kudus, yakni sekitar dua minggu setelah Lebaran. Pada periode sebelum itu, RSUD Bangkalan hanya merawat satu dua pasien Covid-19. Namun setelah Lebaran, jumlahnya meningkat berlipat-lipat. Pada 25 Mei 2021, yang sebelumnya hanya 2 pasien meningkat menjadi 8 orang, dua hari kemudian meningkat menjadi 17 orang. Puncaknya terjadi pada Jumat dan Sabtu (5-6 Juni 2021). Sebanyak 90 bed terisi penuh.

Nunuk menuturkan, kondisi itu membuat pihaknya panik karena ruang IGD, perawatan, dan isolasi penuh. Pada Sabtu lalu, pihaknya memutuskan untuk menstabilkan kondisi rumah sakit terlebih dahulu. ”Kita umumkan IGD tutup sementara. Ini tujuannya agar ruangan-ruangan bisa menyesuaikan. Selain itu, ada beberapa pasien meninggal yang belum bisa dievakuasi,” jelasnya.

Hingga saat ini, kata Nunuk, total ada 27 staf RSUD Bangkalan yang terinfeksi. Perinciannya, sepuluh tenaga kesehatan dan sisanya adalah staf administrasi. Satu orang dokter spesialis telah dinyatakan meninggal. ”Jadi dengan kondisi seperti itu, kami lapor kepada bupati. Bupati meneruskan ke gubernur. Senin kita dapat banyak bantuan,” jelasnya.

Bantuan juga datang dari pusat dan sejumlah rumah sakit di Surabaya berupa obat-obatan, alat tes, dan alat pelindung diri (APD) untuk para nakes. Untuk mengantisipasi beban kerja para staf dan nakes, Nunuk menyatakan telah merekrut tenaga medis.

”Kami rekrut 30 orang, hari Sabtu-Minggu kami latih. Senin sudah kami tugaskan di ruangan. Ini agar perawat yang sudah ada tidak kelelahan. Karena jika kelelahan, mereka bisa jatuh sakit dan terinfeksi. Kami juga berikan suplemen ke nakes,” katanya.

Wamenkes Dante Saksono Harbuwono mengatakan, dari keterangan Nunuk tadi, sudah lebih dari 100 pasien Covid-19 yang datang ke rumah sakit. Namun, jumlah itu tidak menggambarkan kondisi penderita Covid-19 secara keseluruhan di Kabupaten Bangkalan. ”Secara teoretis, biasanya hanya 20 persen dari penderita yang datang ke rumah sakit. Biasanya, dipicu gejala ringan maupun berat. Sementara itu, ada 80 persen yang positif dan tidak dirawat dan mereka ada di tengah-tengah masyarakat,” jelas Dante.

Sebanyak 80 persen tersebut, kata Dante, adalah tanggung jawab bersama pemerintah daerah dan masyarakat untuk menerapkan PPKM mikro. ”Bisa melakukan evaluasi seberapa jauh tiap daerah teritorial tersebut punya pasien Covid-19 per RT dan RW. Kemudian, dilakukan semi lockdown di wilayah tersebut,” katanya.

Pos terkait