Kisah Ibu Melahirkan Komodo, Nenek Moyang Warga Kampung Nelayan

Wisata Komodo
GM Radar Depok Muhamad Iqbal memegang ekor komodo di Kampung Wisata Komodo atau kampung nelayan.

SANG surya perlahan meredupkan sinarnya. Senja menyapa kampung nelayan atau Kampung Komodo. Warna langit mulai berubah kuning kemerah-merahan. Tak lama lagi tenggelam dalam pelukan malam.

Sekoci membawa 500 kg beras ke kampung nelayan. Yang masuk wilayah Desa Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bacaan Lainnya

Beras itu sumbangan dari Gerakan Anak Negeri (GAN). Yang diinisiasi CEO Radar Bogor Grup, Hazairin Sitepu. Yang juga pencetus GAN.

CEO Radar Bogor Grup Hazairin Sitepu menyerahkan beras secara simbolis kepada Muhammad Sidik.

Sumbangan beras diserahkan secara simbolis oleh Hazairin Sitepu kepada Kepala Dusun 01 Desa Komodo, Muhammad Sidik.

Kampung nelayan membentang jauh di pesisir pantai. Ada 500 kepala keluarga (KK) di situ. Penduduknya lebih dari 1.700 jiwa. Sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, ranger dan tour guide.

Rumah panggung menajadi ciri khas bangunan warga Kampung Wisata Komodo. Namun sebagian sudah disulap menjadi rumah tembok.

Penduduk kampung nelayan hidup berdampingan dengan komodo. Warga memperlakukan komodo seperti saudara. Mereka hidup berdampingan. Seperti keluarga.

Mereka percaya dengan legenda yang menceritakan seorang ibu melahirkan komodo. Nenek moyang mereka. Yang jadi asal-usul nama komodo.

Para direktur, GM, dan Pimred Radar Bogor Grup memanggul beras untuk diserahkan kepada warga di Kampung Wisata Komodo atau kampung nelayan.

CEO Radar Bogor Grup Hazairin Sitepu
CEO Radar Bogor Grup Hazairin Sitepu menyerahkan beras secara simbolis kepada Muhammad Sidik.

Diceritakan, pada zaman dahulu kala ada seorang putri cantik bernama Putri Naga. Ia tinggal di Pulau Komodo.

Putri Naga bertemu dengan seorang pemuda tampan dari pulau seberang. Namanya Moja. Putri Naga dan Moja menikah.

Pasangan ini dikaruniai putra kembar. Satu lahir normal. Diberi nama Gerong. Satunya lagi lahir dengan bentuk tubuh seperti kadal. Ia diberi nama Orah.

Orah diasingkan ke hutan karena orangtuanya malu memiliki anak seperti kadal. Tapi Orah tetap diasuh, dibawakan makanan.

Gerong tumbuh menjadi pemuda yang gagah perkasa. Sementara Orah tumbuh menjadi kadal raksasa.

Suatu hari, Gerong berburu rusa. Namun Gerong malah bertemu kadal raksasa. Gerong mengejar kadal itu. Menghunuskan tombak, mengarahkan ke kadal raksasa.

Tiba-tiba Putri Naga datang. Ia melarang Gerong membunuh kadal raksasa itu. Ia menjelaskan bahwa kadal itu adalah saudara kembar Gerong. Namanya Orah.

Belakangan kadal raksasa itu diberi nama komodo. Namun warga tetap memanggil dengan sebutan Orah. Yang berarti saudara.

“Nenek moyang kami menceritakan bahwa komodo adalah saudara kami,” ucap Sidik.

Ada 27 komodo dewasa di Kampung Komodo. Mereka tinggal di perbuktian. Bersarang di cekungan bukit. Ukurannya besar-besar, mulai dari 2,5 meter sampai 3 meter. Anaknya lebih banyak lagi, 30 ekor.

Sidik bercerita, Kampung Komodo dihuni sejak tahun 1912. Komodo tak mengganggu kelurga mereka. Bahkan, ada komodo besar pernah tidur dengan bayi.

“Komodo sebesar ini pernah tidur berdampingan dengan seorang bayi,” tutur Sidik sembari menunjuk ke arah komodo yang panjangnya ditaksir 2,5 meter.

Seorang ibu di Kampung Komodo juga pernah tak sengaja duduk di atas kepala komodo.

Awalnya ibu itu pergi mencari kayu bakar di gunung. Lalu duduk di atas kepala komodo. Tapi komodo tidak menerkamnya.

“Ibu-ibu yang pergi ambil kayu bakar tidak sengaja dia duduk di kepala komodo. Disangkanya kayu, ternyata kepala komodo,” beber Sidik.

Komodo adalah aset bagi warga Kampung Wisata Komodo. Mereka bisa menarik wisatawan untuk datang ke kampung itu. Menyaksikan sang naga purba.

Warga telah membuat jalur trekking ke bukit. Trekking dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes.

“Menurut saya masyarakat di sini harus memanfaatkan kehebatan komodo, keagungan namanya,” ucap Hazairin saat menyerahkan bantuan secara simbolis kepada Sidik.

Warga harus bisa memanfaatkan komodo untuk mendapatkan cuan. Membuat sesuatu yang berbeda dari Taman Nasional Komodo.

“Nama komodo itu sudah mendunia sebegitu rupa. Dan ini adalah aset. Kalian harus memanfaatkan aset ini dengan membuat sesuatu yang berbeda dengan yang ada di Taman Nasional Komodo,” tandas Hazairin. (M Ridwan/Bersambung)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *