Keunikan Pulau Bawean Sebagai Miniatur Indonesia Bali Kecil di Laut Jawa, Pengelolaan Pariwisata Belum Baik

Pulau Bawean secara administratif sejak tahun 1974 masuk wilayah Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur.

Berada di Laut Jawa, pulau ini dihuni oleh banyak etnis yang kemudian berasimilasi.

Bacaan Lainnya

Makanya, penduduk setempat mengklaim bahwa merekalah miniatur Indonesia sesungguhnya.

Tapi, bagaimana keunikan Pulau Bawean dari sudut pandang Dosen Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Dr. Sri Wiryanti Budi Utami, M.Si? Berikut ceritanya.

ABDUL BASITH, BAWEAN

Wiryanti memiliki sudut pandang tersendiri saat ditanya perihal Pulau Bawean.

Pulau yang terletak di wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur dinilai memiliki keunikan yang tidak ditemukan di pulau yang lain.

”Bawean itu merupakan daerah yang unik,”katanya.

Keunikan Bawean bisa dinilai dari masyarakat yang beragam, budaya asimilasi yang diakui sebagai budaya sendiri.

Selain itu penduduk setempat mengklaim sebagai etnis Bawean.

Bukan hanya itu, masyarakat setempat merupakan perpaduan dari beberapa etnis seperti Madura, Jawa, Bugis, Palembang, bahkan Melayu.

”Mereka selalu menyebutnya sebagai miniatur Indonesia.

Meski merantau, mereka itu tetap cinta pada tanah airnya,” ujarnya.

Wiryanti mengakui alam Bawean sangat indah.

Dia tidak segan menyebut Bawean sebagai Bali kecil di Laut Jawa.

Meski demikian, ada satu hal yang masih disayangkan Wiryanti, yakni pengelolaan pariwisata yang belum baik.

”Banyak hal di sana yang belum dikelola dengan baik.

Alamnya, kulinernya, budayanya, dan masih banyak lagi,” tuturnya.

Sebagai orang yang bergelut di bidang lingustik dan budaya, Wiryanti menyatakan bahwa keunikan berbahasa juga terdapat di Bawean.

Salah satunya, pengakuan orang setempat tentang bahasa Bawean.

Meski cara bertuturnya cenderung mengarah ke Madura, masyarakat setempat mengaku Bawean memiliki bahasa sendiri yang sejajar dengan yang lain.

Meski secara leksikostatistik belum bisa dikatakan sebagai sebuah bahasa sendiri, tapi orang Bawean menguatkan bahasa dengan budayanya.

“Bahasa tidak hanya berkaitan dengan kosa kata dasar, tapi juga sikap mereka dalam menyikapi bahasa itu,” jelasnya.

Wiryanti juga berhasil mendokumentasikan sebuah legenda masyarakat setempat ke dalam sebuah buku. Bagi dia, hal tersebut sangat penting.

Sebab, legenda dan kearifan lokal yang hanya dituturkan tanpa dibukukan bukan tidak mungkin akan hilang. Semua kearifan lokal berada dalam cerita.

Misalnya, asal usul leluhur.

Banyak tokoh yang berasal dari seberang yang menjadi tonggak awal penduduk Bawean.

Baik dari Jawa, India, Madura, maupun Campa.

“Semua legenda itu memperlihatkan bahwa masyarakat Bawean multietnis dan sangat beragam.

Kini kami susun dalam sebuah buku,” ungkapnya. (jpnn/sb/ris/ris/JPR)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *