BNPB Peringatkan Potensi Banjir dan Longsor

DAMPAK BANJIR: Alat berat dikerahkan untuk membersihkan sisa lumpur di Desa Bulukerto, Kota Batu (DARMONO/JAWA POS RADAR MALANG)

JAKARTA — Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, bencana hidrometeorologi mengancam akibat kenaikan intensitas curah hujan. Sejumlah wilayah dilaporkan telah mengalami bencana banjir dan longsor.

Ancaman bencana itu meningkat akibat fenomena alam La Nina yang datang bersamaan dengan masa puncak musim hujan di Indonesia. La Nina diprediksi bakal terjadi hingga Januari-Februari 2022.

Bacaan Lainnya

”Fenomena La Nina sendiri memicu peningkatan frekuensi dan intensitas curah hujan hingga 70 persen,” papar Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Minggu (7/11).

Ada beberapa daerah di Indonesia yang dilaporkan mengalami banjir. Misalnya, Aceh Tenggara, Kabupaten Sintang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung Barat, dan sebagian Jakarta.

Muhari mengatakan, pihaknya mendapatkan informasi mengenai kondisi cuaca dari BMKG setiap hari. Sebagai upaya mencegah jatuhnya korban, BNPB pun selalu memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Namun, perlu diketahui kapan saatnya mengevakuasi masyarakat pada kondisi hujan deras. Salah satunya, ketika hujan sangat deras terjadi lebih dari satu jam dan jarak pandang kurang dari 30 meter.

”Kalau ini sudah berjalan satu jam, masyarakat yang ada di kelerengan, di daerah rendah sepanjang bantaran sungai, untuk dievakuasi sementara hingga situasi dirasa aman kembali,” paparnya.

Di sisi lain, BNPB telah melakukan survei udara di sekitar Kota Batu, Jawa Timur. Dalam survei ditemukan titik-titik longsor di sepanjang tebing alur lembah sungai di wilayah hulu. Itu diduga menjadi salah satu biang banjir bandang pada Kamis (4/11) lalu.

Ada enam alur lembah sungai yang setiap sisinya tidak dilindungi oleh vegetasi yang rapat dan memiliki akar yang kuat. Ketika hujan turun dengan intensitas tinggi, kondisi tersebut akan memicu terjadinya longsoran yang dapat membentuk bendungan alam dan menutup alur

”Hasil survei lain di bagian hilir menunjukkan di sepanjang bantaran sungai terdapat perkebunan semusim yang melebar hingga di tebing sungai,” jelas Muhari.

Dari pengamatan melalui udara tersebut, tampak jelas bahwa perkebunan itu mengalami kerusakan karena tergerus air hujan dengan intensitas tinggi dan jenis vegetasi yang ditanam tidak memiliki akar yang kuat untuk mengikat tanah.

Sementara itu, Pemkot Batu akan melakukan kajian cepat untuk mengidentifikasi kebutuhan penanganan dampak banjir. BPBD Kota Batu mencatat 35 bangunan rumah dengan kondisi rusak parah dan 33 rumah terendam lumpur.

Dilansir dari Radar Malang, Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso mengatakan, dari jumlah bangunan yang rusak, ada 17 rumah yang hanyut atau hilang akibat banjir. Pihaknya akan melakukan kajian terhadap lahan rumah-rumah yang hanyut dalam waktu dua hari. ”Nanti apakah memungkinkan masih bisa dibangun di tempat itu atau tidak. Jangan sampai misal dibangun kembali kemudian kena bencana lagi,” katanya kemarin.

Pemkot Batu juga masih akan melakukan pendataan rumah-rumah yang berada di pinggiran Sungai Sambong. Untuk menghindari bencana banjir susulan, dia sudah menginstruksikan agar balai desa Bulukerto dan pendapa Kecamatan Bumiaji digunakan sebagai tempat pengungsian sementara.

Punjul menambahkan, untuk penanganan jangka menengah, rencananya dibangun huntara (hunian sementara). ”Tetapi jika itu diperlukan,” ujarnya.

Untuk penanganan jangka panjang, akan ada opsi-opsi lainnya. Namun, dia belum bisa memastikan apakah itu terkait dengan relokasi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *