Pandemic Patique

Ade Warman, AMK.SKM
Ade Warman, AMK.SKM Ka.Unit PKRS RSI.Assyifa

RADARSUKABUMI.com – Sahabat sehat assyifa dimanapun berada,masih ingatkan pandemi 19 memasuki negara tercinta kita ? masih patuhkan terhadap Protokoler kesehatan? Masih patuhkah terhadap Prokes yang di galakan pemerintah sampai saat ini ? Bosen kah ? lelahkah ? cuek kah ? tentunya jangan sampai kendor yah para sahabat sehat Assyifa !

Ikhtiar, Doa, sabar dan tentunya Vaksin harus kita laksanakan.

Bacaan Lainnya

Belum ada tanda tandanya pandemi akan berakhir dalam waktu dekat ini, oleh karena itu masyarakat masih diminta untuk terus melakukan rutinitas pencegahan penularan Covid-19.

Mengurangi aktivitas di luar rumah, memakai masker, menjaga jarak, dan sering-sering mencuci tangan harus menjadi kebiasaan baru.

Berbulan-bulan hidup di tengah pandemi dengan segala keterbatasan dan ketidakpastian kapan wabah ini berakhir membuat banyak orang jemu dan lelah atau saat ini dikenal dengan pandemic fatigue.

Berbulan-bulan menghadapi kondisi ini, membuat banyak orang merasa lelah dan tidak lagi termotivasi untuk tetap mengikuti protokol pencegahan Covid-19.

Sudahkah kamu mendengar tentang istilah pandemic fatigue? Istilah pandemic fatigue memang baru muncul semenjak pandemi Covid-19 merebak. Pandemic fatigue atau kelelahan akan pandemi merupakan kondisi ketika seseorang lelah dengan ketidakpastian kapan sebuah pandemi akan berakhir. Pada akhirnya, pandemic fatigue membuat banyak orang mulai tidak mematuhi protokol kesehatan guna mencegah penularan virus Covid-19.

Menurut WHO, pandemic fatigue adalah hal yang wajar dialami setiap orang. Meski begitu, kita tetap harus mengikuti protokol kesehatan untuk membantu menurunkan infeksi Covid-19 dan juga perlu menemukan cara yang efektif untuk menjaga kesehatan mental.

Lelah atau menurunnya motivasi untuk mengikuti protokol kesehatan pencegahan Covid-19 ini muncul secara bertahap dan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Kondisi ini perlahan timbul karena dipengaruhi oleh sejumlah emosi, pengalaman, dan persepsi.

Dalam catatan organisasi kesehatan dunia (WHO), pandemic fatigue dilaporkan terjadi karena memiliki persepsi risiko bahaya Covid-19 yang rendah. Efektivitas imbauan untuk menjalankan protokol 3M perlahan menurun karena berbagai faktor. Oleh karena itu, pemerintah membutuhkan pendekatan lain yang lebih menyegarkan.

Ironisnya, tingkat kekhawatiran dan kewaspadaan masyarakat berbanding terbalik dengan jumlah penambahan kasus Covid-19 di Indonesia. Saat ini, di mana setiap harinya terdapat penambahan belasan ribu kasus baru, masyarakat justru semakin abai akan protokol kesehatan.

Terbiasa dengan Covid-19 dan penurunan tingkat kekhawatiran masyarakat sebenarnya bukanlah hal yang buruk, jika, itu terjadi pada saat pandemi Covid-19 di Indonesia sudah terkendali.

Sementara ini? Semakin tinggi angka kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia, semakin sering kita mendengar kabar orang-orang terdekat kita terinfeksi Covid-19, dan semakin dekatnya Indonesia ke kondisi kolaps/krisis kesehatan, justru kita semakin abai pada protokol kesehatan, yang mana justru menjadi alasan mengapa pandemi Covid-19 ini tidak kunjung membaik dan terkendali.

Oleh karena itu, apa yang harus kita lakukan menghadapi Kelelahan karena Pandemi tersebut ? Melansir dari UC Health, ada beberapa tips yang mampu meringankan pandemic fatigue yang sedang kamu alami saat ini.

Berikut tipsnya,

Pertama, renungkan dan Terima.

Maksudnya, coba meluangkan waktu untuk introspeksi diri sendiri dan renungkan apa yang akan kamu lakukan serta konsekuensinya. Bila kamu merasa jengkel, tidak sabar, marah, atau lelah, cemas dan stres, terimalah bahwa semua yang sedang kamu hadapi ini normal dan dapat dimengerti selama masa sulit ini. Pikirkan bahwa apa yang kamu alami saat ini adalah hal yang wajar dan bukan kamu saja yang merasakan hal tersebut.

Kedua, rutin berlatih pernapasan.

Ya, kedengarannya memang sepele, tetapi latihan pernapasan adalah cara paling sederhana untuk mengurangi stres dan kecemasan. Mulai dengan menarik napas dalam-dalam secara perlahan dan kemudian embuskan secara perlahan pula. Lakukan latihan pernapasan sederhana ini setidaknya tiga kali sehari. Pernapasan dapat membantu kamu dalam mengelola respons kecemasan pada tingkat fisik, fisiologis, dan mental.

Ketiga, hindari melakukan doomscrolling atau kecenderungan untuk menelusuri media sosial terus-menerus, terutama untuk mencari berita-berita negatif. Bila terus dilakukan, kebiasaan ini dapat menimbulkan efek fisik maupun psikis. Pandemi Covid-19 memang memaksa kamu untuk di rumah saja dan salah satu hiburan yang praktis adalah membuka sosial media.

Namun, sebaiknya hindari untuk sengaja mencari atau mendengarkan cerita negatif di TV atau di media sosial. Pasalnya, doomscrolling justru dapat meningkatkan rasa takut, ketidakpastian, kecemasan dan kelelahan. Jika kamu merasa sudah terjerumus ke dalam doomscrolling sebaiknya jauhi media sosial terlebih dahulu.

Caranya, kamu bisa menghapus aplikasi media sosial yang ada di smartphone-mu atau mematikan notifikasi dari aplikasi-aplikasi tersebut. Bila kamu tidak sengaja menonton acara berita yang membuat stres, segera matikan TV dan alihkan ke aktivitas lainnya seperti baca buku, dengarkan musik, atau sengaja menonton acara atau film yang menghibur.

Keempat, pulihkan energi.

Selama masa-masa sulit, kamu mungkin perlu sengaja menambahkan waktu istirahat untuk memulihkan dan mengisi kembali energi fisik maupun mental. Istirahat yang dimaksudkan di sini bukan berarti tidur lebih lama, ya. Kamu bisa beristirahat dari aktivitas yang menjenuhkan dan menggantinya dengan hal-hal yang menenangkan. Duduk di sofa sambil marathon film, memasak makanan favorit atau sekedar mendengarkan lagu favorit kamu di tempat tidur. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *