Warga Cikembar Sukabumi Gelar Salat Istisqa dan Perlindungan Dari Bencana

Cikembar Sukabumi
Ratusan warga bersama Forkopimcam Cikembar, saat hendak melaksanakan solat istisqo di Lapang Bojong, Desa Bojong

SUKABUMI – Ratusan warga Kecamatan Cikembar bersama tokoh agama dan Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Cikembar, menggelar solat istisqa di Lapang Bojong, Desa Bojong, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi pada Minggu (24/09) siang.

Dalam acara yang dihadiri oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Cikembar, unsur lembaga keagamaan ini, umat Muslim bersama-sama memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk meminta hujan.

Bacaan Lainnya

Plt Camat Cikembar, Dading kepada Radar Sukabumi mengatakan, pada salat istisqa saat ini, ia bersama warga Kecamatan Cikembar, tak hanya meminta hujan, doa-doa tersebut juga berfokus pada memohon perlindungan dari bencana kekeringan dan kebakaran.

“Iya, semoga dengan melalui doa ini, kami berharap agar masyarakat Cikembar terhindar dari dampak negatif akibat kekurangan air serta risiko kebakaran yang mengancam rumah dan lahan,” kata Dading kepada Radar Sukabumi pada Minggu (24/09).

Kondisi kekeringan yang melanda beberapa daerah di Cikembar turut memicu kekhawatiran. Penduduk setempat merasakan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal ketersediaan air bersih.

Begitu pula dengan ancaman kebakaran yang sering kali melanda hutan dan lahan yang disebabkan oleh cuaca yang kering dan aksi bakar-bakar lahan.

“Kami memandang perlu untuk menggelar salat istisqa sebagai bentuk ikhtiar untuk memohon hujan dan perlindungan dari Allah SWT agar kita terhindar dari bencana kekeringan dan kebakaran yang mengancam kita,” ujarnya.

Ia  juga menekankan pentingnya kesadaran dan kepedulian bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan. “Melalui shalat istisqa ini, marilah kita berdoa agar Allah SWT memberikan hujan yang banyak kepada kita serta memberikan perlindungan dari bencana kekeringan dan kebakara,” tukasnya.

“Namun, tak hanya itu, marilah kita juga menjaga lingkungan sekitar kita dengan cara tidak membuang puntung roko sembarangan. Nah, yang lebih penting tidak melakukan pembakaran hutan atau lahan dengan tujuan membuka lahan baru untuk pertanian,” pungkasnya. (Den)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *