Upah Terjepit, Buruh Karet Sukabumi Menjerit

PALABUANRATU— Petani karet yang berada di Kecamatan Warungkiara dan Simpenan terus menjerit, betapa tidak disaat kebutuhan hidup yang sudah tinggi, hingga saat ini para petani tersebut hanya digaji Rp15 ribu saja perhari. Padahal kehidupan mereka berada di tengah-tengah hamparan lahan pertanian dan perkebunan, namun nasib mereka jauh dari kesejahteraan.

Anwar Sanusi (53), buruh perkebunan karet di Kecamatan Warungkiara salah satunya yang mengatakan, setelah bekerja selama di perkebunan selama 9 tahun namun upahnya hanya diberikan Rp15 ribu saja.

“Saya sudah tahunan, menjadi buruh sadap karet, sebetulnya saya ingin punya lahan sendiri agar penghasilan bisa lebih besar, tapi mau bagaimana lagi, ini pecaharian sehari-hari, “ucap kakek dari 6 cucu ini kepada koran ini, kemarin (27/11).

Sekitar jam 07:00 WIB pagi hari dia beranjak dari bedeng ke perkebunan karet dan kembali pada pukul 12.00. Begitulah rutinitas yang dilakukannya setiap hari. “Hasil karet yang diperoleh penyadap pun tak banyak. Hal itu disebabkan usia pohon yang tak lagi produktif. Kebanyakan pohon karetnya sudah tua, jadi enggak produktif seperti dulu,” katanya.

Meskipun penghasilannya sangat kecil, Anwar enggan dibayar bulanan oleh perusahaan. Menurut Anwar, dia enggan mendapat gaji bulanan yang hanya sebesar Rp 1,2 juta. “Enak sih kalau bayarannya bulanan, tapi yang enggak enaknya adalah kerjanya dikenai target pendapatan sadapan karer per harian,” katanya.

Di samping berat dengan target harian, dia pun keberatan jika harus bekerja dari pagi hingga sore menjadi buruh saja. Pasalnya, meski bekerja hanya sekitar 6 jam, selepas itu, ia bisa menggarap lahan pertaniannya. “Dengan penghasilan harian yang tak seberapa itu, kebutuhannya jauh dari terpenuhi. “Ari dicekapkeun, cekap kang (kalau dicukupkan pasti cukup red), “ungkapnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *