Mengenal Lebih Dekat Petani Tanaman Kapulaga Sukabumi

RADARSUKABUMI.com – Kapulaga mendadak menjadi barang buruan para pelaku usaha industri rempah-rempah. Hasil alam yang mempunyai nama latin Amomum Compactum itu banyak diburu sejak awal tahun 2020 karena harganya melejit dengan kisaran Rp 260 ribu sampai Rp 800 ribu perkilogramnya. .

BAMBANG SURYANA, Sukabumi

Bacaan Lainnya

Kapulaga merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang bisa tumbuh subur di daerah pegunungan. Di Sukabumi, tanaman itu bisa dengan mudah ditemukan diperkebunan petani lokal wilayah Pajampangan.

Pada tahun 2019 lalu, tanaman yang biasa digunakan untuk membuat makanan dan campuran untuk jamu itu hanya dipandang sebelah mata karena harga keringnya hanya laku dijual Rp50 ribu perkilogram saja.

Tapi sejak awal tahun 2020, tanaman itu banyak diburu layaknya batu permata karena harganya cukup tinggi.

“Sekarang Kapulaga ini banyak yang mencari dan para pengepul menghargai Rp260 ribu perkilogram untuk kapulaga kering dan Rp50 ribu perkilogram untuk Kapulaga basah,” kata salah seorang petani Kapulaga asal Kecamatan Sukabumi, Hendi kepada wartawan, kemarin (12/6).

Hendi menjelaskan, berdasarkan informasi yang dia terima, tingginya harga kapulaga itu disebabkan oleh banyaknya pesanan dari luar negeri. Bahkan, beberapa negara ada yang memesan besar-besaran, salah satunya Negara China.

“Kata pengepul asal Kecamatan Sukalarang sih mau di eksport ke Cina tapi tidak tahu jelasnya.

Yang jelas saya menjual ke pengepul dengan harga Rp260 ribu perkilogramnya dengan kadar air harus 20 persen,” jelasnya.

Hendi mengungkapkan, kenaikan harga kapulaga itu sudah menyebar di kalangan petani nusantara melalui facebook grup yang dia ikuti.

Disana (facebook grup) cukup banyak yang mencari kapulaga, harganya bervariatif bahkan ada yang mencapai Rp800 ribu perkilogramnya.

“Ada yang berani beli Rp800 ribu perkilogramnya tapi dengan syarat, barangnya harus dalam jumlah banyak minimal satu container,” ungkapnya.

Hendi mengaku, pada musim panen ini pernah menjual sebanyak 80 kilogram saja. Barang itu kini mulai langka dan sulit untuk berbuah.

Tanaman miliknya yang biasa mencapai 200 kilogram kini hanya menghasilkan 100 kilogram saja.

“Saat ini pohonya sulit berbuah selain itu sekarang sedang banyak hama. Dalam satu malam saja hama tikus dan bajing bisa mengahabiskan satu sampai dua pohon,” pungkasnya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *