Ketika Ditjen Pertanian Meninjau Lokasi Pembabadan Sawi di Kebonpedes

sawi kebonpedes
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian pada Kementrian Pertanian RI, saat peninjauan ke lokasi pertanian sawi di Kampung Tegallega, Desa Kebonpedes, Kecamatan Kebonpedes pada Selasa (17/08/2021).

SUKABUMI – Problem petani sawi di Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi itupun terdengar sampai ke telinga pemerintah pusat. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian pada Kementerian Pertanian RI pun terjun ke lapangan untuk mengetahui secara langsung ada apa dengan petani sawi di Kebonpedes?

Laporan: DENDI KUSUMA DIKOSWARA

Bacaan Lainnya

PERTANYAAN itupun perlahan terjawab usai terjadi interaksi dari rombongan Kementan RI ke lokasi pertanian sawi di Kampung Tegallega, Desa Kebonpedes, Kecamatan Kebonpedes pada Selasa (17/08). Termasuk mengapa para petani melakukan aksi pembabadan sawi yang diduga depresi lantaran harga sawi anjlok hingga Rp0.

Koordinator Pengembangan Jaringan Irigasi dan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) pada Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementrian Pertanian RI, Diah Susilo Karti kepada Radar Sukabumi mengatakan, kedatangan pihaknya tersebut untuk mengetahui secara langsung persoalan para petani sawi di Kebonpedes.

“Kedatangan kami kesini untuk melihat secara langsung dilapangan soal budidaya tanaman holtikuktura. Apa ada kemungkinan membutuhkan bantuan dari sisi prasarana dan sarana untuk irigasinya apa tidak,” kata Diah kepada Radar Sukabumi di lokasi pertanian sawi Kebonpedes, Selasa (17/08).

Usai melihat secara langsung kondisi di lapangan, Diah mengungkapkan bahwa ternyata budidaya tanaman di Kebonpedes dinilai cukup bagus. Bahkan, petani mengaku telah menghasilkan 3 kwintal dalam satu petak pertaniannya.

“Jadi disini permasalahnnya tidak pada fasilitas maupun produksi taninya, tetapi persoalannya itu berasal dari pemasarannya,” imbuhnya.

Jika dilihat dari bantuan pupuk yang didistribusikan di wilayah tersebut, dirinya menilai sudah banyak atau mencukupi, begitupun dengan bantuan alat musim pun juga, dinilai cukup.

“Nah, sementara kalau kita ingin irigasi, sumber airnya itu tidak ada. Kalau misalkan dilakukan pemompaan pada saluran sungai di lokasi pertanian Kampung Tegallega, tepatnya di Sungai Bojongsoka debitnya terlalu kecil,” bebernya.

Apabila bersikeras dibangun irigasi perpompaani di kawasan lahan pertanian tersebut, ujar Diah, maka disinyalir tidak akan memberikan manfaat yang optimal. Sementara jika dilakukan rebab irigasi jaringan, lokasinya cukup jauh sekali dari sumber mata airnya.

“Jadi tidak memungkinkan untuk dibangun irigasi. Kalau pun memungkinkan kita akan bangun taksi pam dalam artian pompa air yang bisa dipindah-pindahkan. Artinya, nanti petani bisa menyedot pada saat kebutuhan dan bisa dipindahkan ke sumber mata air yang bisa dipakai,” tandasnya.

Ketika disinggung mengenai permintaan petani soal desakan jaminan harga sayuran seperti sawi, Diah menjawab, bahwa yang pihaknya bukanlah yang menentukan. “Kalau soal jaminan harga itu bukan berada di instuisi atau tupoksi kami. Karena kami hanya memfasilitasi sarana dan prasarananya saja,” paparnya.

Untuk mengantisiapasi agar hal tersebut tidak berulang kembali, dirinya mengaku untuk langkah preventifnya akan mensosialisasikan kepada para petani soal pengaturan taman. Karena yang dirinya ketahui setelah mengecek secara langsung kelapangan. Bahwa setiap pada Juli sampai September merupakan bulan puncak kemarau.

“Jadi kalau airnya tersedia sedikit sudah pasti petani disini akan menanam tanaman yang kebutuhan airnya sedikit. Seperti pakcoy, sawi dan karena semua menanam akhirnya jadi over produksi. Karena itu tidak heran dan dapat dipastikan hargapun akan menurun karena over produksi. Nah, jadi selama kita bisa mengatur pola tanam itu, maka harganya akan pasti bisa terjaga,” timpalnya.

Sementara itu, Kepala Desa Kebonpedes Dadan Apriandani mengatakan, ia mewakili warga dan para petani serta pemerintah Desa Kebonpedes mengucapkan terimakasih karena sudah merespons terkait masalah petani yang membabat tanaman sawi saat hendak dipanen di wilayah Desa Kebonpedes.

“Alhamdulillah dengan respon Ditjen ini langsung melihat secara langsung untuk melihat kendalanya di wilayah pertanian itu,” katanya.

Hasil dari komunikasi pemerintah Desa Kebonpedes bersama Ditjen Pertanian, ujar Dadan, direncanakan akan diberikan bantuan infrastruktur berupa pompa air untuk pertanian tersebut. “Namun untuk waktunya belum dapat diketahui secara pasti, kapan bantuan itu akan diberkan,” ujarnya.

Meski demikian, pemerintah Desa Kebonpedes berharap kepada pera petani nantinya jika bantuan itu diberikan oleh Ditjen Pertanian, maka kedepannya para petani tidak akan lagi berebut untuk mendapatkan air di lahan pertaniannya. “Iya, kalau sarana dan parasana jadi dibangun. Maka para petani tidak akan lagi kesulitan untuk mendapatkan air dalam mengolah tanamannya. Ibaratnya, pada musim kemarau para petani itu tidak ada halangan atau hambatan dalam hal perairan,” pungkasnya. (Den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *