Dinkes Mengklaim Balita Meninggal Bukan Akibat Imunisasi

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Harun Alrasyid dan Ketua Pokja KIPI Kabupaten Sukabumi, Eni Rahmawati saat diwawancara sejumlah media di ruang kerjanya.

PALABUHANRATU — Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi, Harun Alrasyid angkat bicara soal kasus balita berusia dua bulan yang meninggal setelah diimunisasi di wilayah kerjanya.

Harun menyangkal, sesuai hasil kajian yang dilakukan Kelompok Kerja Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (Pokja KIPI) dan Komite Daerah (Komda) KIPI Jawa Barat meninggalnya bayi malang tersebut bukan akibat imunisasi.

Bacaan Lainnya

“Kami sudah menemukan jawab yang pasti mengenai kejadian yang menimpa bayi berusia dua bulan di wilayah Kecamatan Kebonpedes ini. Bayi yang di imunisasi di wilayah kerja Dinkes itu bukan berasal dari pemberian imunisasi, tetapi ada penyakit penyerta yang diderita oleh bayi tersebut,” ungkap Harun kepada Radar Sukabumi, Rabu (29/1).

Harun menjelaskan, sejak ada laporan pihaknya langsung berkoordinasi dengan Komite Daerah Jawa Barat untuk melakukan audit. Misalnya saja, bagai mana distribusi vaksin, bagai mana penyimpanan dan bagai mana expayer vaksin yang diberikan kepada bayi tersebut.

Hasil audit terbukti vaksin yang diberikan tidak kadaluarsa karena masa expayernya tercatat 20 Juli 2020 sedangkan pemberian imunisasi ini dilakukan pada 16 Januari 2020 dan mekanismenya imunisasi ini diberikan pada bayi berumur mulai dua sampai enam bulan.

“Berdasarkan hasil kajian kejadian immun thrombocytophenic purpura (ITP) pada kasus di atas antara waktu kejadian yang tidak sesuai. Disimpulkan KIPI lapangan koinsiden, KIPI kausalitas artinya kejadian di atas bukan disebabkan oleh vaksin tersebut, namun penyebab terbanyak dari ITP ini adalah virus,” cetusnya.

Menurutnya, kasus KIPI ini harus clearkan agar program imunisasi untum mencegah dan membentengi anak bangsa ini tidak terkendala dengan adanya kasus tersebut.

“Ya tentunya, ini perlu clear jangan sampai program imunisasi sebegitu baik untuk mencegah dan membentengi anak bangsa ini tidak terkendala. Jika dilihat dari kasus yang sebelumnya, tentunya biasa terjadi satu kasus KIPI di dalamm 1000 bayi dan itu rata-rata apabila di lihat terjadinya bukan karena paktor imunisasi. Namun terdapat penyakit penyerta,” jelasnya.

Di hubungi terpisah, Humas RSUD Sekarwangi, Ramdansyah memaparkan, membenarkan RSUD Sekarwangi merawat bayi berinisial MA Bin IK asal Desa Jambe Nenggang, Kecamatan Kebonpedes.

Berawal pada tanggal 17 Januari 2020 dari Poli Anak di Poli Rawat Jalan dengan keluhan bintik merah dan biru pasca imunisasi, dengan diagnosa ITP setelah dilakukan cek laboratorium hasil trombositnya 13.000 dan dokter spesialis anak yang memeriksa menginstruksikan untuk dirawat inap dan segera dilakukan tindakan transfusi.

“Kasus seperti ini sangat kecil sekali angkanya, dan juga dipengaruhi oleh sistem imun anak itu sendiri yang bermasalah, ini terbukti kakak almarhum juga dilakukan imunisasi tetapi tidak ada masalah,” pungkasnya. (bam/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *