Massa Merusak Rumah Orangtua Terduga Pelaku Pembunuhan Mantan Perangkat Desa Karangjaya

Rumah-dirusak
Suasana rumah orangtua teruga pelaku pembuhan di Kampung Cibangbara, Desa Neglasari, Kecamatan Nyalindung pada Selasa (30/08).

SUKABUMI – Pasca pembunuhan mantan petugas Desa Karangjaya, Kecamatan Gegerbitung, Warta (51) yang tewas bersimbah darah setelah ditikam dibagian lehernya saat menonton orgen tunggal pada perayaan HUT RI di Kampung Cibangbara, Desa Neglasari, Kecamatan Nyalindung, berbuntuk panjang.

Puluhan warga yang merupakan keluarga dan kerabat korban dari Kampung Cikajang, Desa Karangjaya, Kecamatan Gegerbitung, datang berbondong-bondong dengan membawa senjata tajam ke rumah terduga pelaku di wilayah Kampung Cibangbara, Desa Neglasari, Kecamatan Nyalindung pada Selasa (30/08) siang.

Bacaan Lainnya

Setiba di lokasi rumah orang tua terduga pelaku, massa yang merupakan simpatisan korban langsung merangsak dan membibuta merusak warung dan rumah orangtua terduga pelaku pembunuhan tersebut.

Kapolsek Nyalindung AKP R Dandan Nugraha Gaos kepada Radar Sukabumi mengatakan, sebanyak 25 warga yang berasal dari Kampung Cikajang, Desa Karangjaya, Kecamatan Gegerbitung datang dengan membawa sejatan tajam ke rumah orang tua terduga pelaku.  “Hampir semuanya mereka membawa senjta tajam. Iya, 25 orang itu nekad telah merusak rumah ibu Iis yang diduga sebagai ibu dari terduga pelaku pembunuhan Warta,” kata Dandan kepada Radar Sukabumi pada Selasa (30/08).

Lebih lanjut ia menjelaskan, saat peristiwa penyerangan, sambung Dandan, petugas gabungan dari pihak kepolisian dan TNI sudah bersiaga di lokasi kejadian. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang maksimal. Lantaran, massa telah telah melakukan aksi secara brutal hingga pengrusakan rumah dan warung yang berada di lokasi tersebut, tidak bisa terhindarkan.

“Kemungkinan, aksi anrakis hingga pengrusakan rumah dan warung di Kampung Cibangbara itu, merupakan buntut kekecewaan dan luapan emosi warga soal sikap terduga pelaku yang membunuh Warta. Iya, akhirnya mereka merusak rumah yang ditinggali oleh orang tua terduga pelaku,” tandasnya.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebanyak 80 petugas gabungan dari Pengendali Masyarakat (Dalmas), lima Polsek Rayon Tengah dan enam Polsek Rayon Utara, dikerahkan ke lokasi kejadian. “Alhamdulillah, kalau situasi saat ini, sudah bisa terkendali,” imbuhnya.

Bukan hanya itu, ujar Dandan, untuk menghindari bentrok massa, petugas kepolisian juga telah memfasilitasi untuk mempertemukan tokoh masyarakat dari dua kampung. Yakni, dari Kampung Cikajang, Desa Karangjaya, Kecamatan Gegerbitung dengan tokoh masyarakat dari Kampung Cibangbara, Desa Neglasari, Kecamatan Nyalindung. “Iya, kita pertemukan kedua tokoh masyarakat disana, agar tidak ada tindak lanjutnya. Apalagi, sampai ada aksi balasan,” bebernya.

Untuk itu, pihaknya menegaskan kedepannya proses hukum akan terus berlanjut, baik dari aksi pengrusakan rumah maupun aksi teruga pelaku yang nekad melakukan aksi pembunuhan mantan perangkat desa tersebut. “Soal aksi pelaku pengrusakan rumah dan warung itu, sudah teridentifikasi, jadi tinggal menunggu waktu saja ya,” paparnya.

Sementara itu, seorang ibu terduga pelaku pembunuhan mantan perangkat Desa Karangjaya, Kecamatan Gegerbitung, Iis (54) asal warga Kampung Cibangbara, Desa Neglasari, Kecamatan Nyalindung mengatakan, saat kejadian pengrusakan rumahnya, ia tengah berada di rumah kakaknya. “Kejadiannya, sekitar pukul 14.00 WIB, keadaan rumah sedang kosong karena seluruh anggota keluarga sedang tidak berada di rumah,” katanya.

Dirinya mengetahui rumahnya dirusak mendengar dari anak perempuannya dan melarang dirinya untuk datang ke rumah terlebih dahulu. Lantaran, ada aksi penyerangan. Berdasarkan informasi dari tetangganya, massa dengan membawa senjata tajam jenis golok dan parang langsung menyerang dan merusak rumah miliknya, tetangga yang berada di sekitar rumahnya pun ketakutan dan memilih untuk bersembunyi.

“Saya juga merasa kaget saat melihat rumah dan barang-barang sudah hancur. Jadi saat kejadian saya sedang di rumah kaka. Nah, yang dirusak oleh mereka itu dua unit Tv, kulkas, tiga unit lemari dan semua perlengkapan alat dapur rusak,” timpalnya.

Pasca kejadian penusukan tersebut, ia bersama anggota keluarganya telah sengaja mengungsi ke rumah saudaranya. Lantaran, merasa cemas dan khawatir terjadi aksi penyerangan. Bukan hanya itu, ia juga mengaku tidak berani menginjakkan kakinya di rumah yang sudah dirusak tersebut. “Dugaan penyerangan, dituduh pembunuhan sama anak-anak korban, padahal belum tentu. Karena belum ada penetepan pelaku,” bebernya.

Ia berharap aksi pengrusakan rumah beserta warungnya tersebut dapat segera dilakukan ganti rugi. Terlebih lagi, ia telah merintis membuat warungnya tersebut hasil dari kerjanya selama 10 tahun di pabrik sepatu. Terlebih lagi, saat perayaan HUT Kemerdekaan RI ke 77 dengan kegiatan organ tunggal ini, ia sudah belanja untuk kebutuhan warungnya hingga menghabiskan sekitar Rp5 juta. Namun, ironisnya kini semua barang dagangan berikut rumah beserta isinya rusak hingga nyaris tidak bisa digunakan kembali.

“Saya akan menyerahkan proses hukum baik itu pengrusakan ataupun pembunuhan kepada pihak kepolisian. Jika semisal anak ibu salah apalagi sampai melakukan penusukan, ibu pasrah saja dan kami serahkan semua kepada Pak Polisi. Namun, sekarang belum tentu kebenarannya. Iya, sebaiknya sebelum ada penetapan siapa pelakunya dari Kepolisian, jangan main hakim sendiri seperti ini,” pungkasnya. (Den)

Rumah-dirusak
Suasana rumah orangtua teruga pelaku pembuhan di Kampung Cibangbara, Desa Neglasari, Kecamatan Nyalindung pada Selasa (30/08).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *