Insiasi Bupati Sukabumi, Jalan Pondok Halimun menjadi Jalan KH Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab

Jalan KH ZEZEN ZAINAL ABIDIN BAZUL ASYHAB
Jalan KH ZEZEN ZAINAL ABIDIN BAZUL ASYHAB

SUKABUMI – Menindak lanjuti insiasi Bupati Sukabumi terkait Perubahan nama Jalan Pondok Halimun menjadi Jalan KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab.

Camat Sukabumi Gin Gin Ginanjar bersama masyarakat mengajukan Perubahan nama jalan tersebut sebagai apresiasi atas peran para tokoh tersebut di Kabupaten Sukabumi.

Bacaan Lainnya

Camat Sukabumi mengatakan, perubahan nama jalan di Kecamatan Sukabumi merupakan hasil kesepakatan bersama antara warga dan jajaran pemerintah Kabupaten Sukabumi.

“Kami melaksanakan Musyawarah dengan Kepala Desa dan Masyarakat Setempat, Rabu(27/9/2023). Dan mencapai kesepakatan bersama antara warga dan pemerintah, KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab terpilih sebagai nama jalan karena ketokohannya sebagai Ulama dan tokoh masyarakat di kabupaten Sukabumi.

“Dari Sukabumi dilahirkan begitu banyak pribadi-pribadi yang hidupnya memberikan kemajuan kepada daerah memberika perubahan kearah yang lebih baik,” ujar Camat.

Kecamatan Sukabumi

Diketahui, KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab, biasa disapa Pangersa Uwa lahir tanggal 17 Februari 1955 di Sukabumi, tepatnya di Kampung Nagrog Sinar Barokah Desa Perbawati (dulu Desa Karawang), putra dari pasangan KH. Zayadi dan Hj. Halimah.

Pangersa uwa juga dikenal sebagai seorang ulama yang tawadhu dan aktif dalam berbagai kegiatan keumatan. Beberapa organisasi yang diamanahkan kepada almarhum antara lain Ketua MUI Kabupaten Sukabumi, tokoh penggerak BAZDA Sukabumi, dan tokoh penegakan syariah Islam di Sukabumi.

Garis keturunan dari ibunya berasal dari Sunan Gunung Djati, yang nasabnya sampai kepada Rasulullah Muhammad Saw. Nasab beliau adalah KH. Zezen ZA Bazul Asyhab bin Hj. Halimah binti KH. Abdurrohman bin KH. Kahfi bin Ayah Aliman bin Abah Syaebah bin Ayah Gabid bin Ayah ‘Atshan bin Prabu Washidewa bin Eyang Pangeran Sake bin Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa bin Sultan Abdul Ma’ali Ahmad bin Sultan Abdul Mafakhir Abdul Qadir bin Sultan Maulana Nasrudin bin Maulana Yusuf bin Syekh Maulana Hasanudin bin Kangjeng Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati).

Setelah tamat SR beliau melanjutkan pendidikan ke pesantren Pabuaran asuhan KH. Mahmud, kemudian melanjutkan pendidikan ke MTs dan MA di Pondok Pesantren Sirojul Athfal (sekarang Almasthurriyyah) Tipar Cisaat Sukabumi asuhan KH. Masthuro.

Di Pesantren Almasthuriyah ini beliau mulai mengenal cara berorganisasi yang kelak menjadi salah satu medan dakwahnya. Setelah selesai di Pesantren Almasthuriyyah beliau melanjutkan mesantren dan berguru kepada KH. Humaidi Cikaret Sukabumi.

Perjumpaannya dengan KH. Humaidi mengawali pengetahuannya tentang politik dan pengelolaan pemerintahan, karena KH. Humaidi selain seorang alim di bidang agama, juga seorang politisi dan menjadi anggota DPR.

Kegigihan beliau untuk mempelajari segala hal yang baru, tidak diimbangi dengan ketersediaan waktu KH. Humaidi. Melihat kondisi ini KH. Humaidi menitipkan beliau kepada KH. Mahmud Mudrikah Hanafi di Pesantren Siqoyaturrohmah Salajambu. Bersama KH. Mahmud Mudrikah Hanafi beliau belajar dan menajamkan ilmu fiqh, tauhid, tashawwuf, ma’ani, badi’, bayan, ushl al- fiqh, musthalah al-hadits, dan berbagai disiplin ilmu agama lainnya.

Kemudian beliau melanjutkan mesantren ke Pondok Pesantren Riyadhul Mutafakkirin (sekarang Darul Hikam) Cibeureum Sukabumi asuhan KH. Aang Sadili selama 1,5 tahun. Di pesantren ini beliau mendalami ilmu balaghoh sehingga beliau mendapat gelar “Abuy Bulagho”, dan beliau belajar pentingnya istiqomah bagi seorang pejuang Alloh (Da’i). KH. Aang Sadili Allohuyarham, sepertinya, melihat kepentingan Ajengan Zezen.

Dalam pandangannya, Ajengan Zezen bukan saja harus kaya secara ilmu, namun harus teruji secara praktis. Atas dasar itu, disuruhlah Ajengan Zezen untuk belajar kepada Kyai Muqtadir Longkewang Cianjur. Bersama Kyai Muqtadirlah, berbagai disiplin ilmu alat (terutama nahwu dan sharaf) dimatangkan.

Tidak berhenti sampai di sini, setelah belajar dengan KH. Muqtadir, beliau melanjutkan perburuan ilmunya denga mengikuti pasaran kitab Al-Hikam ke Sadang Garut dan pesantren Miftahul Huda Utsmaniyyah Cikole Ciamis asuhan KH. Abdurrohman, untuk memperdalam ilmu fiqih. Di sinilah akhir pengembaraannya sebelum Ajengan Zezen pulang kampung melaksanakan titah Allah pada tahun 1978.

Ajengan Zezen mendirikan lembaga pendidikan dengan nama Pondok Pesantren Darul Falah yang pada awalnya mengadakan pengajian malam hari bagi masyarakat Nagrog.

Kemudian berkembang dan berubah menjadi Pondok Pesantren Darurrohman, dan salanjutnya diubah lagi namanya menjadi pesantren Azzainiyyah menyelenggarakan pendidikan Pesantren Salafi Riyadhul Alfiyah wal Hikam, pendidikan formal mulai dari RA, MI, MD, MTS, SMP, MA, SMA dan SMK. ***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *