DLH Kota Bogor Fokus Pengurangan dan Pemilahan Sampah, Ciptakan Lingkungan Lestari

DLH Kota Bogor

BOGOR- Selain dikenal sebagai kota hujan, Kota Bogor juga tersohor dengan kesejukannya. Rindangnya pepohonan tetap dapat dinikmati meski berada di tengah hiruk pikuk aktivitas kota.

Lingkungan yang lestari memang menjadi idaman bagi setiap warga. Kelestarian yang tercipta bukan terjadi secara instan melainkan melalui usaha yang berkelanjutan.

Bacaan Lainnya

Sebagai upaya menciptakan lingkungan lestari di Kota Bogor, Dinas Lingkungan Hidup terus melaksanakan berbagai program dan strategi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan isu lingkungan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor, Deni Wismanto menuturkan program yang saat ini sedang digencarkan yakni upaya pengurangan sampah.

Ia menjelaskan strategi yang dilakukan DLH di antaranya ialah mengeluarkan kebijakan pengurangan sampah serta program pemilahan sampah dari sumbernya.

“Untuk pengurangan sampah kita keluarkan kebijakan untuk pengurangan kantong plastik. Kemudian kita juga ada tempat pengelolaan sampah reduse reuse recycle (TPS 3R),” ujarnya.

Kebijakan pengurangan kantong plastik yang sudah dilakukan sejak tahun 2018 ini, diberlakukan pada sektor pasar modern dan berhasil mengurangi jumlah sampah kantong plastik sebanyak 600-800 kilogram perhari.

Upaya lainnya yang dilakukan yakni melalui pemilahan sampah. Dirinya menyebut saat ini Kota Bogor memiliki 29 TPS 3R, melalui program tersebut pengurangan sampah di sumber sudah mencapai 16 ton perhari.

“Di TPS 3R inilah kita mulai memilah sampah plastik. Setelah dipilah kedepannya kita akan mengolahnya. Kita sudah bekerja sama dengan Pustik. Mereka akan berupaya mengolah sampah plastik khususnya yang tidak memiliki nilai,” terangnya.

Deni mengatakan sampah plastik tersebut akan diproses menjadi cacahan untuk kemudian diolah menjadi papan plastik. “Kedepannya akan diolah menjadi papan plastik atau konblok,” ucapnya.

Ia mengatakan timbulan sampah di Kota Bogor mencapai 600 ton perhari. Jumlah tersebut didominasi oleh sampah organik sebesar 60-70%.

Upaya pengurangan sampah organik yang dihasilkan tersebut dilakukan dengan memanfaatkannya sebagai pakan magot.

“Jad sampah organik masuk ke sana menjadi pakan magot, kemudian magotnya itu nanti akan menjadi pakan ikan seperti lele, dan unggas seperti ayam dan burung puyuh,” tutur Deni.

Strategi pemanfaatan sampah tersebut ternyata tidak hanya dapat bermanfaat pada pengelolaan sampah, melainkan juga memberikan nilai ekonomi kepada masyarakat.

“Itu akan memberikan keuntungan ekonomi untuk masyarakat. Karena mereka bisa menjual lele, ayam, burung puyuh dan juga telurnya. Sekitar 30-40 persen TPS 3R sudah berjalan seperti itu, sisanya masih perlu dibina karna harus berkelanjutan,” ujarnya.

Pembentukan bank sampah juga dilakukan sebagai upaya pengurangan sampah. “Saat ini ada sebanyak 340-an bank sampah setiap harinya bisa menghasilkan sampah sebesar 1,4-1,7 ton perhari. Dari bank sampah induk kemudian akan dibawa ke produsen daur ulang,” ungkapnya.

Target pengurangan sampah di Kota Bogor pada tahun 2021 sudah mencapai 20,07 persen, sedangkan penanganannya mencapai 75,8 persen. “Kita akan terus bergerak untuk mencapai 30 persen pengurangan sampah,” tegasnya.

Program lain yang juga turut menjadi kebanggan DLH ialah Program Kampung Iklim (Proklim). Progam yang berlingkup nasional ini dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

Kegiatan tersebut dilakukan untuk mendorong masyarakat meningkatkan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan gas emisi rumah kaca.

Kota Bogor terus memegang predikat juara dalam program tersebut. Sejak tahun 2018, wilayah di Kota Bogor selalu mendapatkan piagam penghargaan.

Terakhir pada tahun 2021, RW 13 di Kelurahan Bubulak menjadi lokasi Proklim Kategori Utama. Tak hanya itu penghargaan Proklim Kategori Madya juga berhasil diraih khususnya oleh wilayah RW 10 Kelurahan Katulampa.

Deni berharap DLH dapat membangun masyarakat memiliki kultur peduli terhadap lingkungan. Ia menginginkan agar masyarakat selalu mengedepankan lingkungan pada setiap hal yang akan dilakukan.

“Misalnya mau berusaha, investasi, atau hal lain harus liat lingkungan. Kedepankan lingkungan dulu. Jangan sampai nilai ekonomi yang kita dapat tidak sebanding dengan nilai kerusakan yang terjadi pada lingkungan. Pembangunan berkelanjutan harus seperti itu tidak boleh mengorbankan sumber daya yang akan datang ,” tutupnya. (cr1)

Editor: Rany

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *