Siapa yang dapat menerka umur?

Kepergian mendadak orang-orang tercinta membuat keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air begitu terpukul.

FERLYNDA PUTRI-JUNEKA S. MUFID, Jakarta

Bacaan Lainnya

Mendung kelabu menggelayuti langit di atas Gedung Sentral Visum dan Medikolegal Rumah Sakit Bhayangkara Tk I Raden Said Sukanto. Mata sembap dan isak tangis keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 menambah kelabu suasana rumah sakit (RS) yang dikenal dengan nama RS Polri Kramat Jati itu.

Salah seorang keluarga korban adalah Toni Priyonoadhi. Putri ketiganya, Puspita Eka Putri, turut menjadi korban. ”Tanggal 26 lalu anak saya ulang tahun yang ke-24,” ungkap Toni lirih kemarin (30/10).Foto-foto yang dijepret saat Putri ulang tahun masih tertempel di kamar rumahnya yang berada di Bali View Jatiwaringin, Bekasi. Sesuai pesan perempuan berhijab itu pada malam sebelum berangkat, foto-foto di kamar tersebut tidak boleh dicopot. ”Dia juga tidak mau diantar ke bandara,” kenang Toni.

Anak ketiganya itu kukuh ingin berangkat sendiri. Padahal, sebelumnya, entah mama atau saudaranya pasti selalu mengantar. Toni merasa kecolongan karena menuruti apa yang diucapkan putrinya. ”Saya dapat kabar dari saudara bahwa pesawat Putri kecelakaan. Itu saya sedang nyetir. Mobil saya pinggirkan. Saya menangis,” bebernya. Hatinya berkecamuk. Putri yang paling dekat dengannya telah menghadap Sang Pencipta.

Kesedihan mendalam juga menggelayut di hati Firman Linus. Sahabatnya, Paul Ferdinan Ayorbaba, ada di dalam Boeing 737 Max 8 yang jatuh itu. Sebelum berangkat, Firman sempat mengantar sang rekan, bahkan merekam video Ferdinan ketika masuk ke bandara. ”Di kantor Pak Ferdi (sapaan Ferdinan, Red) itu satu meja dengan saya,” kenang pegawai PT Marindo tersebut.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *