Mine sangat kagum dengan kegigihan Laura berjuang untuk kesetaraan kalangan tuli itu. ”Mbak Laura itu pantang menyerah, tegas, dan sangat menghargai orang lain. Contoh kecil saja, meski sibuk, masih mau membalas (pesan, Red) WhatsApp,” katanya.
Sejauh ini, perjuangan kerasnya telah membuahkan banyak hasil. Jumlah penyandang tunarungu yang mau ”keluar rumah”, memperlihatkan bakat terpendam mereka di berbagai bidang, menunjukkan tren membaik. Misalnya, jumlah peserta acara perkemahan tunarungu yang dia gagas bersama komunitas juga semakin banyak. Mulai kategori usia 9–12, 13–17, hingga 18–30 tahun.
Namun, Laura sadar, perjuangannya belum sampai ke garis finis. Masih banyak yang harus dia kerjakan sembari berharap itu semua bisa membuka mata pemerintah. ”Bagi saya, yang paling berharga adalah ketika apa yang saya kerjakan, baik mengajar atau membuat kamus, bisa dimanfaatkan banyak orang. Membuat kalangan tuli percaya diri,” katanya.
(*/c11/ttg)