Pengalaman Dramatis Pendaki Terjebak di Gunung Rinjani (2-Habis)

Rata-rata memang demikianlah jalur pendakian di gunung setinggi 3.726 meter itu. Berangkat dari Sembalun, menginap di Plawangan Sembalun, ke puncak, turun ke Danau Segara Anak, lalu pulang melewati Plawangan Senaru menuju Senaru. Porter adalah para warga di sekitar Sembalun. Mereka tak hanya bertugas membawakan barang. Tapi, juga penunjuk jalan.

Berkemah di Segara Anak jadi semacam momen relaksasi bagi para pendaki. Setelah berjuang menggapai puncak. Di antaranya melewati “Bukit Penyiksaan”. Dan, sebelum pulang ke Senaru yang jalurnya banyak bebatuan. Tapi, gempa pada Minggu pagi lalu itu mengacaukan semua rencana. Saat tiga titik tebing longsor, Anca, Ayu, Ano, dan para pendaki lain hanya bisa bertahan di tenda. Yang berdiri di tepian danau. Jauh dari titik longsor.

Bacaan Lainnya

Menginjak Minggu siang, kabar yang kian membuat cemas itu datang: ada seorang pendaki asal Makassar meninggal dunia di Cemara Tunggal. Tempat itu berada di antara Plawangan Sembalun dan Segara Anak. Muhammad Ainul Muksin meninggal karena terjatuh saat berlari dengan panik ketika gempa terjadi. Kepalanya membentur bebatuan. Darah mengucur tidak hanya dari kepala. Dari telinga pun demikian. Tapi, dia masih bernapas. “Sampai sekitar jam delapan,” ungkap Anca.

Anca tahu itu lantaran jadi salah seorang porter yang pertama melihat jenazah Ainul. Oleh petugas Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), pada Senin pagi (30/7) dia bersama empat rekan seprofesi lain ditugasi menyisir jalur dari Danau Segara Anak menuju Sembalun. Sekaligus mengecek jembatan yang putus. “Kami semua yang di Segara Anak khawatir, penasaran, dan gelisah,” tutur Anca.

Benar saja, bukan cuma jembatan putus, dia juga mendapati jalur yang retak parah. Retakan akibat gempa itu membelah jalan yang biasa dilalui pendaki. Setelah mengganti jembatan yang putus dengan tali sepanjang 5-6 meter, dia dan empat porter lain ke Cemara Tunggal. Di sana dia menemukan jenazah Ainul. Terbujur kaku di dalam tenda. Hanya dibungkus sleeping bag.

Teman-temannya telah turun ke Sembalun. Dalam perjalanan turun itu, mereka mengabarkan kepada petugas TNGR di Sembalun tentang kondisi rekan mereka. Di jalur dari Segara Anak ke Sembalun sinyal operator seluler tertentu masih bisa berfungsi. Si petugas di Sembalun lalu mengontak rekannya yang berjaga di Segara Anak. Dari sanalah kabar kematian Ainul tersebar. “Pertama kali lihat orang meninggal di gunung,” ungkapnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *