Nasib Pendidikan Anak-Anak Indonesia di Tengah Kebun Sawit Malaysia

Saat ini masalah terbesar yang sedang dihadapi Indonesia sebenarnya bukan sekadar anak-anak PMI bisa mendapatkan sekolah di CLC maupun Humana. Tapi justru proses setelah mereka lulus dari sana. Tak sedikit anak jebolan CLC maupun Humana yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA sederajat. Itulah yang sedang diteliti Asrobudi.

Sampai saat ini CLC yang diperbolehkan Kementerian Pelajaran Malaysia hanya sampai selevel SMP. Itu tertuang dalam Garis Panduan Penubuhan dan Pendaftaran Pusat Pembelajaran Komuniti (CLC) di Sabah pada angka 5, poin 5.1. Satu-satunya sekolah setingkat SMA di Sabah yang bisa diakses secara gratis oleh anak-anak PMI hanya SIKK. Karena faktor kapasitas, tentu tak semua anak PMI jebolan CLC atau Humana bisa diterima di SIKK.

Pemerintah sebenarnya telah berupaya mencari jalan keluar dengan memberi anak-anak PMI beasiswa untuk bisa melanjutkan studi ke tingkat SMA sederajat di luar Sabah. Antara lain beasiswa repatriasi dan afirmasi pendidikan tinggi. Ada juga beasiswa Sabah Bridge yang digagas para guru CLC. Tapi, tak sedikit orang tua yang keberatan berjauhan dari anak mereka. “Hampir setiap tahun kuota dari beasiswa yang ada tak terpenuhi. Sebab, ada saja siswa yang batal ikut karena orang tua keberatan tinggal berjauhan,” ungkap Konjen RI Kota Kinabalu Krishna Djelani.

Pernyataan Krishna itu klop dengan ungkapan sejumlah orang tua yang kami temui di CLC-CLC. Jadi, ada dua tantangan pemerintah saat ini. Pertama, mengedukasi para PMI agar lebih mengutamakan masa depan dan pendidikan anak-anak mereka. Juga yang tak kalah penting: memiliki daya tawar pada Malaysia. Agar kebijakan yang menimbulkan kesulitan akses pendidikan untuk anak-anak PMI bisa dilonggarkan.

 

(*/c9/ttg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *