Mengunjungi Kebun Kurma Abdurrahman yang Tetap Subur Selama 110 Tahun

Bagi jamaah haji Indonesia, belanja oleh-oleh seperti sebuah keharusan. Mumpung berada di Arab Saudi, tempat-tempat perbelanjaan pun dijelajahi. Salah satu jujukan mereka adalah Kebun Kurma Abdurrahman di Madinah.

FIRZAN SYAHRONI, Madinah

PULUHAN bus berjejer rapi di area parkir Kebun Kurma Abdurrahman. Jika dilihat dari tempelan kertas di kaca depan, bus-bus tersebut mengangkut calon jamaah haji (CJH) Indonesia. Siang itu memang waktu ziarah. Selain tempat-tempat bersejarah, salah satu destinasinya adalah kebun kurma tersebut. Nah, saatnya berbelanja.

“Mumpung ada waktu di sela salat Arbain, Mas. Beli oleh-oleh dulu untuk istri di rumah,” ujar Asmuni, CJH dari Jakarta. Dia lalu menghubungi istrinya melalui video call WhatsApp. Terdengar percakapan keduanya. “Yah, beliin kurma almon, ya. Itu tuh, yang bijinya bisa dimakan,” kata sang istri “Oke, Ma. Tapi, masih antre, tuh lihat,” jawab Asmuni. Layar HP-nya lantas diarahkan ke kerumunan orang yang berebut membeli kurma.

Kebun Kurma Abdurrahman berada di kawasan Masjid Quba, sekitar 20 menit perjalanan mobil dari Masjid Nabawi. Luasnya 3 hektare. Lahan perkebunan dikelilingi pagar tembok setinggi 2 meter. Di dalamnya terdapat ribuan pohon kurma. Jarak antarpohon sekitar 8 meter.

Pengunjung hanya bisa masuk sampai depan pagar. Di sana tersedia beberapa gazebo untuk tempat duduk-duduk. Di sekitar gazebo ada lima stan penjual kurma. Bentuk stan tersebut sederhana, mirip dengan lapak pedagang kaki lima (PKL) di Indonesia. Bedanya, atap lapak terbuat dari daun pohon kurma yang dikeringkan. Ada juga bangunan berukuran sekitar 30 x 30 meter. Di dalamnya terdapat meja-meja dagangan kurma. Mirip dengan bangunan pujasera. Nah, di dalam “pujasera” itulah pengunjung berjubel memborong kurma.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *