Riset Pasar Indonesia, Delegasi Bord Bia Tinggal di Rumah Konsumen

Tri Mujoko Bayuaji/Jawa Pos DEKATI INDONESIA: Cormac Nolan berbicara tentang potensi Indonesia sebagai pasar susu dan produk olahannya.

RADARSUKABUMI.com – SEBAGIAN besar penduduk Indonesia masuk dalam golongan usia produktif. Bagi negara penghasil susu seperti Irlandia, Indonesia merupakan pasar yang menggiurkan. Sebab, konsumen terbesar susu adalah golongan usia produktif. Wartawan Jawa Pos, Tri Mujoko Bayuaji, mendengar langsung pernyataan tersebut dari Bord Bia, Badan Pangan Irlandia, pada Senin (26/8).

Irlandia adalah negara surplus susu. Kebutuhan warga terhadap susu dan produk olahannya hanya sekitar 20 persen dari total produksi. Karena itu, Irlandia gencar melempar susu dan produk olahannya ke mancanegara. Salah satunya, Indonesia. Sayangnya, Indonesia memiliki banyak pemasok. Yang terbesar adalah Selandia Baru (25 persen). Disusul Prancis, Australia, dan Amerika Serikat (AS).

Agar bisa bersaing dengan negara-negara besar yang lebih dulu memasok kebutuhan susu Indonesia, Irlandia berstrategi. Salah satu caranya adalah melakukan pendekatan spesifik. Tepatnya terjun langsung ke pasar. ’’Kami tinggal bersama konsumen selama beberapa hari,’’ kata Cormac Nolan, pakar konsumen Bord Bia, kepada media dalam jumpa pers di Kota Dublin. Konsumen-konsumen itu dipilih langsung oleh tim Bord Bia di Indonesia.

Riset tersebut berlangsung pada medio Juli–Agustus tahun lalu. Tim Bord Bia di Indonesia memilih tipe konsumen yang spesifik. Misalnya, single parent, mahasiswa, atau ibu dengan tiga anak. Selama tinggal bersama end user, menurut Nolan, tim asal Irlandia itu merekam seluruh aktivitas konsumen. Mulai wujud dapur sampai cara mereka menyajikan dan mengonsumsi susu dan produk olahannya. Baik itu melalui video maupun foto. ’’Ternyata temuannya tidak kami sangka,’’ ujar Nolan.

Masyarakat Indonesia, kata Nolan, mengolah keju untuk berbagai menu masakan. Termasuk nasi. Yang paling membuat Nolan terkejut adalah sajian yang memadukan keju dan nasi. Misalnya, nasi goreng keju atau nasi panggang mozzarella. ’’Di Irlandia, kami tidak pernah mengolah keju dengan nasi,’’ tegas Nolan.

Konsumen Indonesia, kata Nolan, juga unik. Mereka tidak hanya peduli soal rasa, tetapi juga tampilan dan tekstur. Selain itu, mereka memperhatikan detail kualitas fisik keju tersebut. ’’Penting bagi mereka melihat seberapa panjang keju mozzarella itu melar saat diangkat. Makin melar, makin bagus,’’ ungkapnya.

Marketing dan PR Bord Bia Louise Healy menyatakan, riset di Indonesia itu sangat penting. Setidaknya Bord Bia bisa membaca selera pasar di negara tujuan. Selain Indonesia, riset yang sama dilakukan di Tiongkok dan Jepang. Tepatnya saat Bord Bia hendak masuk pasar Tiongkok dan Jepang.

Healy menjelaskan, data riset di Indonesia itu lantas menjadi informasi dasar yang bisa diberikan kepada para pelaku industri. Data tersebut diaplikasikan Bord Bia saat menerima kunjungan 8–10 pelaku industri susu asal Irlandia. Mereka dipertemukan dengan para pelaku industri dan ritel di Indonesia.

Nolan menuturkan, Irlandia tidak mematok angka pertumbuhan tertentu. Namun, setidaknya mereka punya peluang yang sama dengan Prancis dan Belanda. Dua negara itu lebih dulu masuk pasar Indonesia dan memiliki ceruk pasar yang bagus. ’’Masalah utama kami adalah durasi shipping (pengiriman, Red). Butuh waktu 35–40 hari untuk bisa sampai ke Indonesia,’’ terangnya.

 

(*/c14/hep)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *