Pekerja Non Formal Kini Bisa Mencicil Rumah

MERAKYAT: Presiden Joko Widodo bersama Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan masyarakat sekitar, menyempatkan diri untuk memangkas rambut dengan mamanfaat jasa komunitas yang tergabung dalam PPRG.

Bahagia Komunitas Pemangkas Rambut Garut Bisa Beli Rumah Dengan KPR

Memiliki rumah merupakan dambaan setiap keluarga. Apapun akan dilakukan agar bisa memiliki rumah sendiri.

Sayangnya, keinginan mulia itu kerap menemui banyak hambatan. Mulai dari harga rumah yang tidak terjangkau hingga jaminan untuk memperoleh pembiayaan perbankan.

Mengatasi hambatan itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperluas jangkauan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang bisa menikmati subsidi rumah, seperti program KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP), Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM).

Lewat skema terbarunya, Kementerian PUPR mempermudah akses pembiayaan bagi pekerja non formal melalui pembangunan perumahan berbasis komunitas.

Tergabung lewat komunitas Persaudaraan Pemangkas Rambut Garut (PPRG), para pekerja informal di Desa Sukamukti, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat mendapatkan akses pembiayaan rumah yang dibelinya dengan memanfaatkan KPR Subsidi.

Skema terbaru ini diyakini akan mendorong masyarakat lebih mudah memiliki rumah. Presiden Joko Widodo mendukung penuh gagasan yang memungkinkan rakyat kecil untuk memiliki rumah dengan hadir di peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan Perumahan PPRG di Garut Jawa Barat.

“Ini kita mulai dengan komunitas di Garut, nantinya akan kita bangun di provinsi lain dengan komunitas berbeda,” janji Presiden Jokowi saat hadir dalam peletakan batu pertama Pembangunan Perumahan komunitas Persaudaraan Pemangkas Rambut Garut, beberapa waktu lalu.

Perumahan berbasis komunitas akan mendapatkan subsidi KPR Fasilitas Likuiditas Penyediaan Perumahan (KPR FLPP) dan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) dari Kementerian PUPR yang disalurkan oleh BTN.

Dengan skema baru ini, pemangkas rambut asal Garut yang tergabung dalam Komunitas PPRG bisa membeli rumah senilai Rp130 juta memanfaatkan KPR dengan tingkat bunga 5% dengan jangka waktu kredit selama 20 tahun.

Lewat dukungan subsidi, setiap nasabah akan dikenakan angsuran setiap bulannya sebesar Rp800.000.

Selain itu calon penghuni juga mendapat subsidi uang muka sebesar Rp4 juta sehingga uang muka yang dibayarkan terjangkau, yakni sekitar 1% atau Rp1,3 juta.

PT. Mitra Budiman Propertindo selaku pengembang Perumahan PPRG akan membangun 500 unit rumah type 30/60 diatas lahan seluas 5 hektare.

Pada tahap I dibangun sebanyak 150 unit.

Ditargetkan pembangunan akan selesai dalam waktu 2 bulan.

Sebelum acara peletakan batu pertama, Presiden Joko Widodo dan Menteri Basuki juga ikut memangkas rambutnya.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan akan terus mendorong subsidi bagi perumahan berbasis komunitas.

Ini ada sejarahnya, kebetulan saya pengguna jasa cukur di sekitar Pasar Santa, Jakarta.

Saya tanya pada Pak Irawan, tukang cukur saya, berapa uang yang dikirim ke kampung halaman? Setiap minggu Rp 400 ribu katanya.

Sudah punya rumah? Belum katanya.

Padahal mereka mampu mengangsur KPR.

Kementerian PUPR ada KPR FLPP yang juga disalurkan BTN.

Saya tanyakan apakah BTN bisa memfasilitasi PPRG. Kemudian dirapatkan oleh BTN dan PPRG agar sesuai dengan proses,” kata Menteri Basuki.

Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi pencukur rambut, perumahan ini juga menjadi tempat pelestarian budaya Garut yang terkenal dengan keahlian warganya dalam mencukur rambut. Untuk itu juga akan membangun museum cukur dan sekolah cukur di lokasi tersebut.

Rumah yang ditawarkan memiliki konstruksi struktur beton bertulang, bata merah dengan pintu dan kusen kayu. Rangka atap menggunakan rangka baja ringan, genteng metal dan plafon GRC.

Selain itu dilengkapi listrik 900 watt dan sumur air tanah. Perumahan juga dilengkapi fasum lainnya seperti masjid, klinik, jalan lingkungan dan penerangan jalan.

Ketua PPRG Irawan mengatakan jumlah anggotanya saat ini sebanyak 4.000 orang dan masih banyak yang belum memiliki rimah.

“Kami sangat sulit mendapatkan KPR karena sebagai pekerja non formal kurang dipercaya besaran penghasilan kami. Kami sangat berterimakasih kepada Pemerintah kini pekerja non formal bisa mendapatkan KPR Subsidi,” kata Irawan.

Salah seorang pembeli rumah subsidi Perum PPRG, Tati, 42 tahun, mengatakan bersyukur bisa memiliki rumah dengan harga terjangkau dan cicilan ringan.

Selama ini dirinya bersama suami yang berprofesi tukang cukur dan 4 anaknya tinggal bersama orang tua.

Pembangunan perumahan subsidi berbasis komunitas akan mendukung pencapaian target Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan pada 29 April 2015. Sejak dicanangkan, secara bertahap capaian program ini terus meningkat yakni pada tahun 2015 sebanyak 699.770 unit, tahun 2016 sebanyak 805.169 unit, tahun 2017 sebanyak 904.758 unit dan 1.132.621 Unit atau melebihi target.

Secara keseluruhan, dari tahun 2015-2018 telah terbangun 3.542.318 unit rumah. Di Provinsi Jawa Barat, capaian program satu juta rumah tahun 2018 sebanyak 269.161 unit dimana untuk Kabupaten Garut sebanyak 3.351 unit (1,2% dari capaian Provinsi Jabar).

Program Satu Juta Rumah merupakan kolaborasi antara para pemangku kepentingan di bidang perumahan mulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Asosiasi Pengembang Perumahan antara lain REI dan Apersi, Perbankan, Perusahaan Swasta melalui kegiatan corporate social responsibility (CSR) dan masyarakat.

Melalui program ini diharapkan dapat memperkecil backlog penghunian perumahan di Indonesia yang pada tahun 2015 mencapai 7,6 juta unit menjadi 5,4 juta unit pada tahun 2019.

(jpg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *