Uji Adrenalin di Jembatan Bersejarah Bagbagan Sukabumi

Jembatan Kuning Bagbagan
UJI ADRENALIN: Salah satu aksi tim Paguris yaitu hammocking di Jembatan Kuning Bagbagan.

SUKABUMI – Bergelanyut di atas hammock, turun dari ketinggan dengan menggunakan tali hingga melintasi Sungai Cimandiri. Begitulah secuplik aktivitas Komunitas Paguris di Jembatan Kuning Bagbagan yang berada di Kampung Bagbagan, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi.

“Ini merupakan kegiatan rutin kami. Sambil menguji skill dan adenalin, kami di sini (Jembatan Bagbagan, red.) juga dalam rangka melestarikan bangunan bersejarah, cagar budaya di Kabupaten Sukabumi,” kata Ketua Paguris Soemintha kepada Radar Sukabumi, Kamis (18/11).

Bacaan Lainnya

Soemintha menjelaskan bahwa kegiatan mereka seperti rappeling, hammocking hingga flying fox kerap mewarnai jembatan yang dibangun tahun 1923, tepatnya di zaman Ratu Wilhelmina saat kolonialisme Belanda. Konon jembatan sepanjang 50 meter dan lebar 4 meter ini dibangun oleh seorang arsitektur wanita berkebangsaan Perancis.

“Jembatan ini dibangun di zaman Belanda. Lalu karena sudah tua, lapuk dan dimakan zaman, jembatan inipun sudah tidak berfungsi lagi. Saya tidak ingat kapan tepatnya jembatan ini sudah tidak dipakai, yang jelas sejak ada jembatan baru di sampingnya yang sudah diaspal dan lebih lebar,” bebernya.

Masih soal Jembatan Kuning, Soemintha mengungkapkan bahwa jembatan tersebut sengaja dibangun untuk akses transportasi masyarakat antar kecamatan atau yang pada masa lampau dikenal dengan istilah kawedanan. Di masa lalu pun, peran jembatan ini sangat vital sebagai penghubung Desa Jayanti Kecamatan Palabuhanratu dan Desa Cidadap Kecamatan Simpenan. Selain itu juga menjadi urat nadi transportasi yang mengangkut hasil bumi dari perkebunan – perkebunan tersebar di wilayah Pajampangan.

“Jadi kami ingin mengenalkan kembali Jembatan Kuning Bagbagan kepada publik dan wisatawan. Salah satunya dengan aktivitas ekstrem kami ini. Ya, sudah pasti kami tidak hanya berkegiatan, tapi kami juga turut menjaga dan melestarikannya. Intinya kami berusaha untuk mengangkat kembali nilai sejarah jembatan ini,” ujar Soemintha.

Jembatan Kuning Bagbagan
Salah satu aksi tim Paguris sedang melakukan flying fox melintasi Sungai Cimandiri (foto insert)

Mengenai kegiatan yang menguji adrenalin, kata dia lagi, itu hanya untuk internal alias tidak untuk umum. Hal ini dimaksudkan karena hanya orang-orang yang telah terlatih saja yang boleh melakukannya.

“Jembtan Kuning Bagbagan ini sangat unik. Selain ada nilai sejarah, juga ada nilai adventurnya. Buat orang yang tidak biasa, pasti ketakutan. Jadi kami di sini melatih skill dan keadrenalinan. Apalagi lokasinya di pinggir jalan sehingga mudah dijangkau,” ujarnya.

Atas nama Paguris, Soemintha pun menitipkan pesan kepada pemerintah dan stakeholder terkait agar jembatan ini dapat dilestarikan sebagai salah satu bagunan cagar budaya yang bersejarah.

“Jembatan bagbagan harus dijaga karena merupakan cagar budaya yang harus bisa dilestarikan. Kalau perlu jadi ikon Palabuhanratu. Saya harap untuk bisa melirik jembatan ini dengan cara perawatan kembali jangan sampai dimakan usaha, lapuk, hingga rusak. Kalau sekarang masih bisa dirawat hingga bertahun-tahun ke depan. Jadi ini saatnya kita menyelamatkan cagar budaya di Sukabumi,” harapnya. (izo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *