Uang Ratusan Miliyar Rupiah Berputar saat Lebaran di Sukabumi

Aktivitas di tempat perbelanjaan sebelum lebaran (ilustrasi/dok)

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Ramadan dan Lebaran tahun 2019 baru saja berlalu. Mulai hari ini, Senin (10/6/2019), masyarakat pekerja kembali beraktivitas normal. Momentum tahunan ini pun menyisakan beberapa catatan, diantaranya kondisi ekonomi atau finansial.

Berdasarkan pengamatan Radarsukabumi.com, diperkirakan telah terjadi perputaran uang hingga ratusan miliyar rupiah di wilayah kota dan kabupaten Sukabumi. Hal ini ditinjau dari perilaku masyarakat Sukabumi yang menggunakan gaji plus tunjangan hari raya (THR) untuk keperluan lebaran.

Bacaan Lainnya

MR (30), salah seorang karyawan perusahaan swasta di wilayah Kabupaten Sukabumi mengungkapkan, total pendapatannya saat Idul Fitri 1440 Hijriyah ini hingga Rp 6 juta. Uang sebesar itu dipergunakan 70 persen untuk keperluan lebaran.

“Beli baju saya, baju anak dan istri, terus beli daging, sama buat liburan. Kira-kira kalau ditotal sampai Rp 4jutaan lebih lah,” ungkap MR yang identitasnya ingin disamarkan kepada Radarsukabumi.com, Senin (10/6/2019).

Dia pun membandingkan lebaran tahun ini dengan tahun kemarin. Menurut dia, lebaran tahun ini terjadi penurunan daya beli dikarenakan efek tuslah atau kenaikan biaya saat hari raya.

“Efek tuslah, rencana mau mudik ke Jawa, ke kampung istri, tapi gak jadi karena tiket mahal. Ya terpaksa di Sukabumi saja. Itupun yang dibeli seadanya saja karena kebetulan harga-harga pada mahal,” beber MR.

Hal yang nyaris sama diutarakan IH (27), karyawan salah satu perusahaan di Kota Sukabumi. Namun yang membedakan adalah pria besaran total pendapatannya tak seperti MR dan belum berkeluarga.

“Jadi uangnya banyak untuk keperluan pribadi sama bantu-bantu orangtua saja. Sisa uang lebaran Alhamdulillah masih ada, ya cukuplah untuk biaya hidup sebulan,” kata IH.

Lebaran tahun ini, kata IH, dirinya mendapat total pendapatan sekira Rp 3.850.000 saja. IH mengaku mempergunakannya untuk keperluan pribadi seperti baju lebaran dan membeli kue kering untuk di rumah.

“Selain itu beli handphone baru. Tapi handphone lama saya sebelumnya dijual dulu. Jadi tukar tambah lah. Terus gak ada pengeluaran lagi, selain main (wisata,red) ke (pantai) Palabuhanratu,” ujar IH.

Sebagai rujukan, salah satu sumber Radarsukabumi.com mengungkapkan, omzet yang dihasilkan satu pasar swalayan atau mal dalam satu hari sebelum lebaran saja bisa mencapai Rp 50 milyar. Jumlah ini sudah termasuk dengan pendapatan tiket parkir masuk.

“Di Kota Sukabumi saja, ada enam swalayan atau mal besar. Sebut saja seperti Yogya, Citymall, Ramayana, Giant, Superindo dan Toserba Selamet. Yang saya tahu omzet mereka bisa mencapai milyaran atau puluhan milyar, ya kira-kira Rp 50 milyar lah dalam sehari. Belum lagi jika ditambahkan dengan yang di kabupaten Sukabumi,” ungkap sumber tersebut.

Perputaran uang selama Lebaran di Sukabumi ditanggapi oleh Asep Deni, pengmaat sosial Sukabumi. Menurut dia, aktivitas ekonomi tahunan ini memang mengalami kenaikan yang signifikan sekira satu hingga dua kali lipat bahkan lebih.

“Karena ada sebuah kebiasaan di masyarakat Sukabumi yang pada ujungnya akan meningkatkan perputaran ekonomi sebab tingkat konsumsi terhadap barang-barang baik pakaian maupun makanan sangat tinggi. Jadi segala sesuatu harus baru,” kata Asep Deni kepada Radarsukabumi.com.

Tak hanya konsumsi pakaian dan makanan, timpal Asep Deni, kebutuhan akan kendaraan dan perhiasan pun relatif mengalami peningkatan saat lebaran.

Selain itu, lanjut Asep Deni, faktor pemberian tunjangan hari raya (THR) yang idealnya satu kali gaji oleh pemerintah dan perusahaan. “Otomatis THR ini juga digunakan untuk membeli barang-barang yang disebutkan tadi,” tuturnya.

Faktor selanjutnya, kata Asep Deni, ramadan dan lebaran adalah momen yang sangat bagus untuk menumbuhkembangkan ekonomi yang di hari-hari biasa tampak tidak terlalu melonjak. Namun saat dan pasca Ramadan dan Lebaran, kebutuhan masyarakat cukup tinggi.

“Apalagi ditambah lagi suasana liburan. Ini ada liburan orangtua dengan liburang anak-anaknya yang sekolah. Termasuk juga penggunaan uang untuk kebtuhan pariwisata,” papar Asep Deni.

“Jadi saat lebaran ini masyarakat ada kebutuhan pakaian, makanan, kendaraan, perhiasaan dan pariwisata,” imbuhnya.

Ihwal perputaran uang di Sukabumi, Asep Deni menganggap sudah tidak bisa lagi mendikotomikan antara kota dan kabupaten di Sukabumi. Sebab kedua daerah ini saling berkesinambungan.

“Kita tidak bisa menyebutkan perputaraan uang di kota atau perputaraan uang di kabupaten, karena ini adalah Sukabumi. Ada orang kabupaten yang bekerja masih di wilayah kabupaten, tapi belanjanya di kota. Jadi ketika bicara perputaran uang Sukabumi, ini luas, tidak hanya bicara tentang kota atau kabupaten saja,” ungkapnya.

Lebih lanjut, pasca Ramadan dan Lebaran, hal terpenting yang harus diperhatikan oleh masyarakat Sukabumi menurut Asep Deni adalah kecerdasan dalam mengelola keuangan agar finansialnya tidak kebobolan. Pernyataan MR dan IH merupakan gambaran kasus atas hal ini.

“Harusnya masyarakat Sukabumi melakukan efisiensi atau penghematan keuangan setelah lebaran. Sebetulnya ini hanyalah kebiasaan tahunan saja, mau lebaran mau ramadan, penghematan itu harus dilakukan,” kata dia.

“Berdasarkan pengamatan saya, setelah lebaran ini banyak warga Sukabumi yang kehabisan uang ada juga yang banyak hutang. Jadi yang paling penting dari semua ini adalah pengendalian diri terhadap keinginan membeli barang atau berwisata. Kalau memang tidak mampu atau tidak perlu, jangan dipaksakan,” pungkasnya.

(izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *