Semi Atmaja, Perancang Kebaya Pengantin Seronok itu Akhirnya Diperiksa Polisi

SUKABUMI– Polres Sukabumi Kota akhirnya memanggil dan memeriksa Semi Atmaja, sang perancang busana kebaya pengantin seronok yang bikin gempar warga netizen dan menuai protes berbagai kalangan di acara Wedding Expo 2017, di salah satu hotel berbintang di kawasan Jalan Siliwangi, Kota Sukabumi beberapa waktu lalu.

Perancang busana pengantin asal Cianjur ini dimintai keterangan aparat kepolisian selama kurang dari satu jam. Sejauh ini belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian atas pemanggilan Semi.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, usai dimintai keterangan pemeriksaan, Semy Atmaja yang didampingi Ketua Himpunan Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Sukabumi Yudistira Soemapraja langsung menemui sejumlah awak media.

Dalam kesempatan tersebut, Semi menyampaikan permohonan maafnya kepada publik. “Saya atas nama pribadi meminta maaf kepada semua pihak terutama Himpunan Rias Pengantin Indonesia (HARPI), permintaan maaf ini tulus dari saya karena saya tidak tahu, semoga ini akan membawa hikmah untuk perbaikan kedepannya,” paparnya usai diperiksa Tim Reskrim Polres Sukabumi Kota, Jumat (10/11).

Semi menuturkan, dirinya sempat kaget ketika mendapat informasi bahwa peragaan busana yang ditampilkan dirinya menuai komentar dari beragam kalangan, terutama di media sosial. Saat itu pula, dia memutuskan untuk berkonsultasi dan meminta maaf kepada sejumlah tokoh, terutama forum komunitas Sunda di Bandung. Dalam waktu dekat, Semi juga akan menyampaikan permohonan maafnya kepada elemen masyarakat lainnya.

Menurutnya peragaan busana pengantin ala Sunda hasil karyanya, itu tidak ditujukan untuk menampilkan busana di luar batas kewajaran, terlebih sampai menampil sesuatu yang menonjolkan sisi pornografi.

Saat itu, kata Semi, dengan waktu yang terbatas, dirinya harus menampilkan model ditengah ketiadaan sarung kebaya pengantin yang dikenakan model Andini, itu sarungnya ketinggalan di Cianjur. “Saya tidak bermaksud apapun, terlebih mencari sensasi. Hanya saja, waktu itu ada beberapa busana terutama pada bagian bawahnya tertinggal di daerah lain, sementara waktu sudah benar-benar mepet,” akunya.

Ditengah ketiadaan sarung sebagai busana utama, dirinya berfikir keras agar mampu menghasilkan seni yang bagus untuk ditampilkan. Terpikir, waktu itu celana yang dipilih yakni dengan warna yang hampir sama dengan kulit. “Saat itu, celana yang dikenakan tidak tembus pandang karena ada tiga lapis celana, ditambah dengan unsur pencahayaan sehingga terlihat seperti yang saat ini ramai diperbincangkan,” bebernya.

Sementara itu Ketua HARPI Sukabumi Yudistira Soemapraja mengatakan, peragaan fashion kebaya pengantin yang ditampilkan pada weeding expo sebetulnya tidak menampilkan sisi pornografi, tapi lebih kepada masalah pakem (aturan wajib) yang semestinya diterapkan.

“Sebetulnya masalah kemarin itu hanya pakemnya saja, karena harusnya kalau pake siger (mahkota pengantin adat sunda) tidak boleh menggunakan bawahan lain, tapi harus pake sinyang (kain sarung motif batik),” terangnya.

Lebih lanjut Yudistira menyebutkan, sejauh ini pihaknya sudah mendorong desainer segera melakukan upaya permohonan maaf terhadap semua pihak. Supaya, polemik yang sempat ramai diperbincangkan bisa reda dan kedepan akan menjadi perbaikan untuk kemajuan fashion pengantin di lokasi.

“Saya kira kalau seni sulit ya, tapi setelah mendapat informasi dari periasnya langsung sebetulnya dia tidak bermaksud untuk memberikan sensasi apalagi sampai mengarah pada hal yang bersifat pornografi,” katanya.

General Manager (GM) Hotel Horizon Charlie mengaku tidak mengetahui persis terkait pelaksanaan fashion show wedding expo yang akan menampilkan busana pengantin adat Sunda yang belakangan ini dinilai tidak elok. Pihak managemen Horison hanya berniat untuk mempertemukan potensial para pelanggan dengan dan pengusaha busana serta memberikan edukasi bagi masysarakat mengenai tata cara pernikahan.

“Ini adalah tahun kedua pelaksaan wedding expo, dimana sebelumnya kita banyak mendapat sambutan positif. Oleh karena itu kegiatan dilaksanakan kembali, tanpa ada kesengajaan untuk melakukan hal-hal yang bisa menyinggung publi,” jelasnya.

Kendati begitu, Charli berharap kedepan kejadian serupa tidak akan terulang lagi. Karena walau bagaimanapun, pelaksanaan acara sejenis itu sangat baik dilakukan untuk memajukan fashion di Kota Sukabumi, khususnya menyangkut busana pernikahan lokal. (subhan/radarsukabumi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *