Pelajar Mulai Kena Dampak

SUKABUMI – Ratusan pelajar di Sukabum mulai terkena dampak akibat aksi mogok mengajar yang dilakukan guru honorer beberapa hari terakhir ini. Di SDN Cibereum Hilir 3 Kota Sukabumi misalnya, sejak Selasa pagi, para siswa tak mendapat pelajaran seperti biasanya.

Aksi demo mogok mengajar tersebut membuat orang tua siswa pun kecewa. Seperti salah satunya Risna (36). Ia mengatakan, sejak pagi guru di sekolah tempat anaknya belajar sudah meninggalkan sekolah lebih awal. Tentunya hal ini berdampak anaknya menjadi terlantar.

Bacaan Lainnya

Meski begiti, dirinya mengaku setuju dengan adanya tuntutan hak guru untuk diminta segera diangkat jadi PNS. Hanya saja, ia merasa kecewa dengan keputusan mogok mengajar padahal itu bisa merugikan siswa-siswa lainnya, termasuk anaknya.

“Tahu sih, kemarin kan pada demo yah soal status guru honorer itu yang meminta supaya tidak ada batasan usia dan minta segera diangkat buat jadi PNS. Kalau saya sebagai orang tua mendukung demo itu, tetapi enggak harus mogok ngajar juga. Kenapa anak-anak kami yang jadi korbannya,” keluhnya.

Ia menambahkan, aksi mogok mengajar ini juga tidak hanya disekolah anaknya saja, tetapi di sekolah lainnya juga melakukan hal yang sama. Ia berharap, pemerintah segera bisa mengambil keputusan cepat dan bijaksana mengenai unjuk rasa yang digelar guru honorer ini agar Kegiatan Belakar Mengajar (KBM) bisa kembali normal. “Harapannya segera ada jawaban dari pemerintah untuk para guru honorer. Biar anak saya juga enggak terlantar terus. Kasihan harusnya belajar, ini malah nganggur,” pintanya.

Salah seorang guru di SDN Cibereum Hilir 3, Nanan Surahman mengatakan, ia sengaja tak melakukan aktivitas mengajar lantaran sedang melaksanakan aksi selama satu pekan. “Kalau sekolah tidak libur dan guru juga banyak yang datang. Tetapi, mereka tidak mengajar hanya datang saja ke sekolah. Anak-anak juga sebagian ada yang bermain diluar. Ada juga yang di kelas bersih-bersih,” akunya.

Menurt Nanan yang juga Ketua Forum Honorer Indonesia (FHI) Jawa Barat ini mengaku, jika aksi mogok mengajar ini akan terus berlanjut jika tuntutan pencabutan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Reformasi Birokrasi (Permenpan-RB) nomor 36 tahun 2018 tentang Kriteria Penetapan Kebutuhan PNS dan Pelaksanaan Seleksi CPNS tahun 2018 dengan batas usia maksimal 35 tahun tidak segera dipenuhi pemerintah. “Untuk dua hari kedepan, mungkin aksi ini akan lebih besar kalau pemerintah tidak segera menururuti tuntutannya tersebut,” ucapnya.

Di SDN Cibereum Hilir 3 Kota Sukabumi sendiri, ada delapan orang berstatus guru honorer. Satu diantaranya adalah penjaga sekolah dengan usia semuanya diatas 35 tahun bahkan ada yang sudah berumur 50 tahun namun belum diangkat menjadi PNS. Sementara tiga orang guru termasuk kepala sekolah, sudah berstatus PNS. “Untuk honorer itu total ada sembilan orang di SDN Cibereum Hilir ini. Pengabdian mereka sudah lama bahkan ada yang sudah 15 tahun seperti saya, tetapi belum ada peningkatan,” keluh Nanan.

Sementara itu, terkait aksi mogok mengajar ini, ia pun mengaku merasa sangat berat membiarkan anak-anak tanpa ada aktivitas mengajar. Namun hal tersebut tetap harus dilakukan agar pemerintah tidak semena-mena dalam mengambil keputusan, terutama bagi para honorer.

“Kalau berat yah berat. Ada beban moral. Tetapi mau gimana lagi, unjuk rasa sudah kita lakukan sejak lama tetapi tidak pernah ada tanggapan. Yah mungkin ini salah satunya cara agar kami honorer bisa didengar,” tegasnya.

Untuk itu, rencananya mulai besok (hari ini.red), pihak sekolah akan memasangkan spanduk berisi pengumuman dan permohonan maaf karena selmaa satu pekan kegiatan KBM di SDN Ciberum Hilir 3 terganggu. Menurutnya, aksi mogok ini juga tidak hanya terjadi di SDN Ciberem Hilir 3 saja, tetapi sebagian sekolah juga melakukan hal yang sama.

“Bahkan tadi ada laporan juga bahwa di salah satu SD masih di Kecamatan Ciberum juga, dari pagi itu sekolah sudah sepi. Kalau disini kita siswa masih ada dan guru juga ada sebagian yang hadir. Hanya saja tidak ada kegiatan aktivitas KBM seperti biasanya,” tutupnya.

Kondisi serupa juga terjadi di sejumlah sekolah dasar di Kabupaten Sukabumi. Bahkan, beberapa sekolah kelimpungan menangani siswa agar proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tetap berjalan. Misalnya saja yang terjadi di SDN Taman, Kecamatan Kadudampit. Proses KBM berjalan tidak maksimal karena kekurangan guru. Bagaimana tidak, tiga guru PNS harus menangani 180 siswa dalam enam kelas.

Plt Kepala SDN Taman, Nani mengatakan, aksi mogok ngajar yang dilakukan guru honorer ini sangat berpengaruh terhadap berlangsungan KBM. Sebab, jumlah honorer lebih banyak dibandingkan jumlah PNS di setiap sekolah khususnya SDN Taman. Otomatis, hal ini sanagat berdampak. “Meki proses KBM tetap berlangsung, tetapi kurang optimal karena tiga guru PNS harus menangani enam kelas sehingga kurang kondusif,” kata Nani.

Kendati demikian, pihaknya berupaya untuk bisa mengoptimalkan KBM dengan keterbatasan yang ada. Salah satunya, dengan cara memberikan tugas kepada siswa yang tak ada gurunya.
Sementara itu, guru kelas 6 SDN Taman, Kartinah mengaku kerepotan dalam menangani pelajar dibeberpa kelas tersebut. “Repot pokonya. Kami sangat membutuhkan tenaga honorer untuk menunjang keberhasilan proses KBM. Kalau tidak ada guru honorer, proses KBM terganggu. Apabila aksi ini berlangsung lama, makan KBM tidak akan berhasil,” ujarnya.

Ia berharap, pemerintah dapat mensejahtrakan nasib para guru honorer sehingga memiliki tanggungjawab maksimal dalam mencerdaskan para pelajar. Terlebih, saat ini gajih guru honorer tersendat akibat anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ngaret sudah hampir tiga bulan. “Hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi kinerja para guru honorer dalam mengajar. Sudah gajinya kecil, samapai sekarang belum juga diberikan karena BOS ngaret, ” paparnya.

 

(wdy/bam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *