Laporan Langsung Relawan Radar Sukabumi dari Semeru (2)

semeru
Musimin (56) memandangi aliran air saat melakukan pencarian anaknya yang masih hilang paca musibah erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12) lalu.

Musimin Rela Menunggu Anaknya Meski Hanya Tinggal Tulang

Demi anaknya, seorang ayah akan melakukan apapun, walau nyawa menjadi taruhannya. Ungkapan itulah yang menggambarkan kondisi Musimin (56) saat ini. Ia rela menunggu jasad anaknya, Farisal Komarullah (17) yang menjadi korban erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12) lalu.

WAHYU, Lumajang

Bacaan Lainnya

RABU pagi pukul 06.30 WIB, para relawan dan masyarakat di Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candiporu, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali memulai aitivitasnya dalam membantu para korban bencana erupsi Gunung Semeru.

Namun, ada pemandangan mengharukan ketika Relawan Radar Sukabumi melihat seorang kakek berusia 56 tahunan nampak termenung duduk diatas batu di pinggir sungai sambil melihat aliran air yang cukup deras.

Dengan ditemani sebatang kayu kecil yang dipegangnya, kakek renta bernama Musimin itu menaruh harapan anaknya bisa diketemukan kembali, walau pun hanya menyisakan tulang belulang.

Sambil bercerita, mata Musimin terus melirik aliran sungai sambil menancap-nancapkan kayu yang dipegangnya ke tanah. “Saya berharap anak saya bisa diketemukan, meski tinggal potongan tulang belulangnya,” ucap Musimin dengan nada lirih.

Ia pun bercerita, anak bungsu dari tiga bersudara ini memang tidak terlalu dekat dengan dirinya. Bahkan, anaknya ini jarang meminta uang untuk kebutuhan sehari-hari. Kalaupun harus meminta uang, Farisal ini lebih banyak meminta ke ibunya.

Namun, sesaat sebelum kejadian, Farisal ini menunjukan sikap yang berbeda dari biasanya. Ia bahkan memaksa meminta uang Rp 2.000 untuk membeli shampoo. Padahal sepengetahuannya, Farisal memiliki uang untuk membelinya.

Musimin sendiri sudah menyela permintaan anak kesayangannya ini, lantaran ia tidak mempunyai uang sepeser pun. Namun, Farisal tetap memaksa meminta uang tersebut. Dengan sedikit terpaksa, Musmin pun merogoh saku demi saki dipakaiannya. Dengan kebetulan, terselip uang Rp 2.000 seperti yang diminta anaknya ini. “Ia (Farisal) pun langsung mandi dan keramas,” ujarnya.

Musmin pun tidak memiliki firasat apapun akan terjadi hal buruk pada Farisal. Ia nampak biasa saja dan menjalankan aktifitas seperti pada umumnya.

Selang beberapa jam kemdudian atau tepatnya pukul 15.00 WIB, pamannya bernama Samsul menelepon dan meminta bibinya bernam Maimunah untuk segera dijemput di lokasi kejadian, lantaran ada kabar Gunung Semeru terjadi erupsi. Tanpa berfikir panjang, Farisal yang dikenal anak rajin oleh keluarganya itu langsung berangkat ke lokasi.

Saat tiba di rumah di rumah yang dituju, Farisal pun diketahui tidak menemukan bibinya dan diduga sudah lari menyelamatkan diri dengan warga lainnya. Melihat kondisi itu, Farisal pun bergegas menancapkan gas motor matic nya ke arah pulang. Namun dari kabar yang beredar, Farisal diduga terjebak di tengah himpitan kendaraan truk yang juga ikut terendam.

Kendati demikian, Musmin masih menaruh harapan bisa menemukan anaknya walau hanya potongan tulang belulang. “Saya ikhlas, karena tidak tahu kapan bencana ini terjadi dan kepada siapa saja menimpa,” imbuhnya.

Musmin pun masih akan terus mencari anaknya sampai diketemukan. Tapi hingga saat ini, sudah empat hari ia melakukan pencarian masih belum ada titik terang. Musmin melakukan aktivitas pencarian dari setelah Salat Subuh atau pukul 05.00 WIB hingga petugas menyuruhnya pulang atau sekitar pukul 17.00 WIB. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *