Kisah Mahasiswa Sukabumi Rela Mengajar di Daerah Terpencil

PEDULI PENDIDIKAN: Sejumlah mahasiswa memberikan bimbingan gratis kepada anak-anak di daerah terpelosok Kabupaten Sukabumi selama masa pandemi Covid-19.

Menginspirasi, Lingkar Sosial Nasional Bantu Edukasi Anak di Masa Pandemi

Berawal dari kepedulian pada kualitas pendidikan, sejumlah mahasiswa ini tergerak membuat gerakan sosial. Mereka memberikan bimbingan belajar gratis di daerah pelosok Sukabumi.

WIDI FITRIA, Sukabumi

Satu tahun sudah Pandemi Covid-19 masih menghantui Indonesia, tentunya penyebaran virus Covid-19 ini berdampak di segala aspek tidak terkecuali pendidikan.

Meskipun pemerintah mengganti sistem pendidikan tatap muka langsung dengan sistem dalam jaringan (daring) atau melaui online, nyatanya hal tersebut tidak membuat pembelajaran menjadi lebih efektif.

Diakui selama pembelajaran daring, sering ditemui kendala. Mulai dari tidak memiliki handphone pintar hingga terkendala sinyal terutama yang berada di kawasan daerah terpelosok. Sehingga penyampaian pembelajaran pun sering terkendala.

Prihatin dengan hal itu, sekelompok mahasiswa di Sukabumi, berkeliling ke wilayah terpencil yang sulit dijangkau oleh sinyal. Dengan cuma-cuma, mereka memberikan materi pelajaran kepada siswa di lingkungan tersebut, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan (Prokes).

Dengan penuh percaya diri, dan niat yang tulus sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Lingkar Sosial Nasional (LSN) ini berkeliling dari desa ke desa untuk memberikan pembelajaran yang layak kepada anak-anak yang terdampak Covid-19.

“Sistem belajar sambil bermain yang dilakukan kelompok mahasiswa ini, merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kesulitan siswa selama menjalani sistem pembelajaran daring,” ungkap Kepala Suku LSN, Sastia Putri Maulida kepada Radar Sukabumi, Senin (8/3).

Putri sapaan akrab mahasiswi hukum di salah satu perguruan tinggi di Kota Sukabumi itu menyebutkan bahwa LSN merupakan sebuah lembaga netral yang tergabung dari mahasiswa se-Kota dan Kabupaten Sukabumi.

“Awal terbentuk itu kita miris aja liat anak-anak di masa pandemi sekarang lebih senang bermain ketimbang belajar, saat ditanya mereka terkendala signal, dan tidak memiliki handphone pribadi. Dari situ kita kenapa enggak terfikir sebagai mahasiswa kita membantu mereka belajar dengan ilmu yang kita punya,” terang Putri.

Tidak hanya itu, menurut mereka banyak anak-anak dari desa terpencil yang kurang hafal Pancasila. Hal tersebut membuat mereka semakin miris. Melihat kondisi tersebut, Putri bersama empat temannya yang juga seorang mahasiswa yaitu Krisa, Caesar, Adro dan Fibria sebagai penggagas berkeling desa ke desa untuk memberikan pembelajaran kepada para pelajar.

Sasarannya adalah para siswa PAUD hingga SMP yang tinggal di wilayah terpencil, dan sulit dijangkau jaringan internet, maupun siswa yang tidak memiliki telepon seluler. Pembelajaran digelar secara tatap muka.

“Untuk pembelajaran kita datang ke desa atau RT/RW, kita izin untuk memberikan edukasi. Biasanya pembelajarannya di alam terbuka. Alhamdulilah respon warga sangat bagus mereka sangat senang karena terbantu,” ucapnya.

Dikatakan Putri, untuk materi yang diajarkan merupakan materi umum, seperti Pancasila, Bahasa Inggris, Matematika dan agama. “Untuk desanya kita biasanya survei dari desa ke desa, dan yang paling penting untuk edukasi ini kita berika gratis tanpa ada pungutan biaya,” tegasnya.

Bahkan yang lebih bikin bangga lagi, LSN yang kini beranggotakan 15 orang mahasiswa tersebut rela mengeluarkan uang pribadi untuk membantu anak-anak mendapatkan pembelajaran secara layak.

“Jadi kalau misalnya mau ke daerah jauh pasti kita butuh ongkos, tempat tinggal dan makan. Nah, kita tuh patungan per anggota buat biaya hidup di sana jadi kita benar-benar mandiri,” terangnya.

Sementara itu, koordinator lapangan Caesar Almunir mengatakan, LSN dibuat memang untuk menjadi wadah yang berfokus pada dunia pendidikan dan sosial.

“Kegiatan ini berfokus untuk pengembangan kualitas pendidikan daerah pinggiran,” ulasnya.
Bimbingan belajar dilakukan dua hari atau dalam sepekan, tergantung dari permntaan masyarakat, dan memang sudah ada beberapa desa yang sudah dikunjungi seperti Cikembar, Sukaraja dan beberapa dearah terpencil lainnya di Sukabumi.

Agar anak tidak cepat bosan, para pengajar muda ini selalu memberikan edukasi berupa games. Selain tidak mudah bosan, anak bisa lebih memahami.

“Ada games-nya seperti matematika kan kalau belajar biasa anak cepat bosan ya, kita siasati dengan games seperti tentang perkalian, penambahan, pengurangan, dan pembagian,”imbuhnya.

Dengan penuh semangat, Caesar menambahkan jika LSN akan terus berjuang memberikan edukasi kepada anak-anak untuk pengembangan kualitas pendidikan daerah pinggiran. (*)

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *