Jejak Kehidupan Laut Purba Jampang Sukabumi, Bantah Penelitian Para Ahli Dunia

MENUNJUKAN : Salah seorang tim saat peneliti Museum geologi Bandung melakukan rangkaian pengkajian dilokasi yang memiliki keterdapatan fossil binatang laut purba

Awal Februari 2021 tim peneliti Museum geologi Bandung melakukan rangkaian pengkajian dilokasi yang memiliki keterdapatan fossil binatang laut purba sangat melimpah, di desa Gunungsungging, Kecamatan Surade, sekitar 23 hingga 2,6 juta tahun yang lalu. Bagaimana hasilnya, berikut hasil peliputannya

LAPORAN : Lupi Pajar Hermawan, Sukabumi

PULUHAN fosil gigi ikan hiu purba megalodon ditemukan oleh masyarakat di Desa Gunung Sungging, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Awalnya masyarakat akan membuka lahan pertanian di wilayah tersebut, namun saat membuka lahan, beberapa masyarakat menemukan batu mirip gigi besar ditempat lahan garapan.

Karena aneh dan penasaran masyarakatpun mencari informasi lewat internet dan diketahui bahwa benda yang mereka temukan adalah gigi ikan hiu purba megalodon.

Penemuan gigi ikan hiu purbapun mendapat respon dari beberapa peneliti, salah satunya peneliti dari Museum Geologi Bandung. Mereka langsung mendatangi lokasi ditemukan gigi ikan hiu purba megalodon, setelah diteliti mereka membenarkan bahwa benda tersebut adalah fosil dari ikan gigi hiu purba megalodon yang sudah mereka kaji secara keilmuannya.

Penelitipun menjelaskan bahwa sebelumnya di dunia para ahli, Indonesia tidak dikenal sebagai tempat ditemukan gigi hiu purba megalodon, namun dengan penemuan ini bisa membantahkan pernyataan tersebut.

Penelitipun menjelaskan bahwa fosil gigi terbesar ditemukan di Amerika Latin dengan panjang gigi 18 sentimeter. Dengan adanya penemuan ini di wilayah Pajampangan, Sukabumi Selatan, berpotensi untuk ditemukan fosil gigi hiu megalodon terbesar.

Kepada Radar Sukabumi, Muhammad Teguh, Ketua Sub bidang Pengembangan Geosite BP CPUGG dalam keterangan tertulisnya menyampaikan, Pada kala Miosen atau sekitar 23 juta – 12 juta tahun yang lalu daratan Pajampangan yang kini berbukit-bukit ini dulunya adalah merupakan wilayah lautan yang kaya akan keanekaragaman mamalia laut, keanekaragaman seperti ini memungkinkan keberadaan predator besar dan kuat seperti Megalodon untuk mendiami kawasan ini sebagai puncak pada rantai makanan.

“Pada saat Megalodon masih mengarungi lautan purba jampang, bumi mengalami berbagai perubahan global yang berdampak iklim Miosen yang mengakibatkan meluasnya gletser di wilayah kutub (glasiasi wilayah kutub), serta pengaruh pergerakan lempeng tektonik (subduksi) yang memicu aktivitas vulkanik diduga menjadi salah satu faktor penyebab kepunahan Megalodon,” paparnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *