Buruh Sukabumi Dibayangi Gelombang PHK, Apindo Catat 20 Ribu Buruh Dirumahkan

PHK Sukabumi
DIDEMO : Warga dan buruh saat melakukan aksi demonstrasi di halaman pabrik PT MCA Sukabumi, tepatnya di ruas Jalan Raya Siliwangi, Kilometer 24, RT 004/RW 002, Desa Benda, Kecamatan Cicurug pada Senin (31/10).(foto : Ilustrasi/Dok Radar Sukabumi)

SUKABUMI — Memasuki bulan kedua di awal tahun 2023, buruh Sukabumi masih dibanyangi dengan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal.

Terutama pada karyawan pabrik sektor padat karya di Kabupaten Sukabumi, di masa resesi ekonomi global pada awal tahun 2023.

Sudarno, Ketua DPK Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Kabupaten Sukabumi mengatakan, PHK pada awal 2023 masih berlangsung.

Sebanyak 20.000 pekerja pabrik padat karya di-PHK, sebagian besar karena PKWT berakhir dan tidak diperpanjang, menurut data yang tercatat DPK APIINDO Kabupaten Sukabumi per akhir Desember 2022.

“20.000 pekerja yang mengalami PHK massal atau berakhirnya PKWT, termasuk 25 perusahaan industri padat karya di wilayah Kabupaten Sukabumi yang melapor ke kami. Kemudian jika melihat perkembangan di Jabar, justru para pekerja yang mengalaminya. mengalami PHK Dari segi jumlah sangat besar dan signifikan,” kata Sudarno kepada Radar Sukabumi, Rabu (15/02).

Sektor industri padat karya di Kabupaten Sukabumi, sambung Sudarno, kini kondisinya masih belum stabil operasional kerja produksinya. Menurutnya, sejak pertama terjadi wabah pandemi Covid-19, sangat berdampak terhadap keberlangsungan sektor industri, terutama sektor industri padat karya.

Seperti garment, toys, elektronik dan sepatu. Karena, awalnya terjadi pandemi Covid-19, ada disejumlah kota di negara luar negeri yang merupakan mitra bisnis asal impor bahan baku dan tujuan ekspor melakukan lockdown. Sehingga, terjadi terhambatnya proses order produksi dan operasional produksi.

Selain itu, juga terjadi hold ekspor, pending order dari buyer di negara tujuan ekspor termasuk cancel order. Sehingga, mengakibatkan industri padat karya yang tujuan ekspor, berdampak besar dan menyebabkan penurunan kapasitas produksi, hingga 50 persen. Sehingga, tak ayal terjadi pengurangan karyawan, dimulai sejak pandemi.

“Nah, pasca pandemi mulai pulih, ada imbas lagi resesi ekonomi global, akibat perang Uraina dan Rusia,” imbuhnya.

Masih kata Sudarno, resesi ekonomi global telah berdampak buruk terhadap keberlangsungan perusahaan industri padat karya. Karena, penurunan order pekerjan atau produksi atau kapasitas produksi mencapai 30 persen sampai 70 persen, di setiap perusahaan industri padat karya di Kabupaten Sukabumi.

Sementara, tujuan negara ekspor sektor padat karya di Kabupaten Sukabumi ini, mayoritas berada di Eropa dan Amerika, hingga mencapai 80 persen dan sisanya Negara Asia di bawah 10 persen.

“Sehingga yang tadinya mau pulih. Namun, drop lagi akibat resesi ekonomi global. Nah, situasi Januari dan Februari sekarang ini, juga ternyata masih belum membaik, kondisi order. Jadi, boleh dikatakan stuck tidak ada perubahan signifikan,” imbuhnya.

Pos terkait