Politik Akal Sehat Dan Dompet Sehat

Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Ketua PGRI Kota Sukabumi)

Sahabat pembaca saat ini konon katanya masuk pada episode tahun politik. Seolah-olah segalanya serba terkait dan dikait-kaitkan dengan politik. Pemolitisiran fakta menjadi kebohongan dapat terjadi. Kebohongan dapat dianggap benar dan kebenaran dianggap bohong. Ada orang gila disebut orang waras. Ada orang waras disebut gila. Ada orang gila disuruh mengaku PKI. Begitu banyak dinamika dimasyatakat yang kesimpulannya dipolitisir dan jauh dari kebenaran.

Lebih masif lagi hoaxs menyebar di dunia maya. Bahkan tidak sedikit sengaja disebar untuk menebar virus digital. Salah satu informasi hoax yang sempat membuat resah di Indonesia antara lain kabar tentang masuknya 10 juta tenaga kerja asal China ke Indonesia, atau Disneyland akan dibangun di Boyolali. Bila otak kita “abal-abal” maka kita lebih tertarik pada produk hoaxs yang abal-abal.

Berita yang faktual yang lebih bisa dipertanggung-jawabkan dalam media masa kurang diminati. Anehnya berita bohong yang menghujat, provokatif, SARA, PKI dan berbau kebencian laku dibaca. Bisa dibanyangkan orang membeli koran yang beritanya bisa dipertanggung jawabkan hanya beberapa orang. Namun, berita di dunia maya hampir bisa dilihat semua orang saat ini dan ini menjadi lapak hoaxs yang efektif.

Tidak sedikit orang yang merasa menjadi “pahlawan” ketika menyebarkan sebuah berita yang terlihat benar dan bermanfaat. Padahal Ia telah menyebarkan berita hoaxs yang bisa lebih dosa dibanding fitnah. Sebagai seorang beragama sebaiknya kita lebih hati-hati dan cerdas mencerna sebuah informasi. Berita hoaxs diterima nalar “abal-abal” maka makin runyam masyarakat kita.

Memasuki tahun politik dan era Pilkada serentak dimungkinkan akan hadir berita-berita hoaxs yang sangat bodoh tapi diangap benar. Seorang ibu rumah tangga berinisial Rin (37) ditangkap tim Subdit Cyber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya. Rin ditangkap karena menyebarkan hoax foto baliho yang menyudutkan PDIP. Tulisannya “PDI-P Tidak Butuh Suara Muslim” disebarkan Sang Ibu rumah tangga.

Ini sebuah kebohongan yang bodoh dilakukan oleh orang bodoh dan akan mempengaruhi orang-orang bodoh. Si Bodoh akan menganggap benar berita atau informasi sebodoh apapun. Padahal dalam dunia politik bila perlu kucing, monyet dan anjing bila memiliki hak suara maka akan didekati. Bila perlu kalau binatang punya suara maka orang akan ramai-ramai pelihara binatang menjelang Pilkada atau Pileg. Lucu kan?

Tidaklah mungkin sebuah partai politik menolak suara dari sebuah kelompok atau komunitas. Bahkan sebuah partai yang mengaku sebagai “partai da’wah” sekalipun akan menerima dengan senang hati suara dari agama yang lain bahkan orang atheis sekalipun. Itulah politik dimana suara dan kekuasaan adalah segala-galanya.

Kebodohan yang sangat bodoh bisa terjadi di era Pilkada. Disinilah akal sehat menentukan apakah kita ini menjadi bagian dari warga negara yang waras atau tak waras? Mari sahabat pembaca untuk menjadi warga negara yang waras atau cukup sedikit waras untuk tidak mengkonsumsi berita hoaxs. Apalagi menjadi pemilih calon kepala daerah dan legislatif berdasarkan uang.

Hindari menjadi pemilih yang tertipu karena hujatan dan konspirasi menjelek-jelekan calon kepala daerah. Pada dasarnya para calon kepala daerah cenderung yang terbaik dari yang ada. Sejelek-jeleknya para calon kepala daerah merekalah diantara harapan perbaikan suatu daerah. Ayo gunakan akal sehat bukan berdasar teori “Dompet Sehat”. Akal sehat akan melahirkan pilihan kepala daerah yang sehat.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *