Menyambut Tahun Pelajaran Baru di Era Normal Baru

Oleh Kang Warsa

Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar apalagi harus terhenti meskipun pandemi Covid-19 masih memperlihatkan angka penularan yang cukup tinggi. Meskipun demikian, hal paling penting dilakukan oleh semua pihak adalah memberikan hak-hak anak atau para peserta didik agar tetap terjaga kesehatannya.

Bacaan Lainnya

Pembelajaran yang dilakukan secara daring melalui skema belajar dari rumah selama dua bulan terakhir ini memang telah bisa menghindarkan anak-anak tertular oleh virus korona dalam skala besar. Tetapi, bukan berarti anak-anak atau para peserta didik merupakan kelompok yang tangguh dan tidak mungkin tertular korona. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan sebanyak 1.851 anak Indonesia dinyatakan positif Covid-19.

Selama ini memang ada asumsi bahwa anak-anak merupakan kelompok umur yang cukup tangguh terhadap penularan virus korona. Asumsi ini tentu saja keliru, hal yang terjadi justru penularan virus korona tidak memilah dan memilih kelompok umur. Jika terjadi kontak fisik dengan orang yang telah tertular virus korona, risiko penularan sangat besar. Anak-anak merupakan kelompok usia rentan tertular virus korona, jika pun tidak menunjukkan gejala atau dalam kondisi asimtomatik, dapat saja mereka menjadi pembawa virus dan menularkannya kepada orang lain.

Kerentanan kesehatan anak-anak dan pertimbangan lainnya apalagi adanya beberapa saran dan rekomendasi dari berbagai pihak menjadi alasan bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengkaji, merancang, dan mereformulasi kembali kebijakan pendidikan menjelang tahun pelajaran 2020/2021.

Evaluasi Belajar dari Rumah

Belajar dari rumah telah diterapkan selama dua bulan. Proses pembelajaran yang mengharuskan semua pihak menggunakan cara-cara mutakhir dan terbarukan, seperti; penggunaan gawai, memaksimalkan beragam platform, konferensi video, dan sejumlah cara lain yang telah ditempuh.

Pemindahan kegiatan belajar dari sekolah ke rumah telah efektif mengurangi penularan virus korona. Namun di sisi lain, karena sifat dasar manusia merupakan homo socius, tidak sedikit anak-anak, orangtua, guru, dan pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan merasa jenuh terus-menerus belajar dari rumah tanpa melakukan tatap muka langsung.

Hal di atas tentu saja merupakan kekurangan yang harus diperbaiki mulai dari penyiapan fasilitas belajar dari rumah, materi pelajaran yang disuguhkan, dan metodologi pembelajaran yang lebih variatif dan mengundang penasaran anak-anak. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Lembaga Pendidikan, dan para guru diharuskan mencari cara baru dan metode mengasyikkan agar kegiatan belajar dari rumah tetap membuat anak-anak merasa kerasan dalam menyerap ilmu dan pengetahuan.

Kekurangan lainnya yang harus diperbaiki dari kegiatan belajar dari rumah yaitu tidak semua anak dan orangtua siswa dapat mengakses materi pembelajaran secara daring karena tidak memiliki gawai dan keterbatasan penggunaan internet. Dapat dibayangkan, jika proses pembelajaran daring diselenggarakan melalui konferensi video selama satu jam untuk satu pelajaran, berapa jumlah data internet yang harus digunakan oleh para peserta didik. Dan bagaimana para peserta didik yang tidak memiliki gawai atau piranti cerdas dapat mengikuti kegiatan belajar tersebut?

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyiasati ini melalui kegiatan belajar yang dapat ditonton oleh anak-anak melalui siaran TVRI. Ini untuk memudahkan para peserta didik dari berbagai pelosok dan penjuru negeri bisa mengikuti kegiatan belajar dari rumah. Hanya saja, secara teknis, program yang baik ini tetap memerlukan penerjemahan yang tepat oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Lembaga Pendidikan di setiap daerah. Pemberian tugas setelah para siswa menonton acara pendidikan di TVRI tetap saja dikomunikasikan melalui media obrolan seperti Whatsapp, lagi-lagi informasi mengalami kebuntuan bagi mereka yang tidak memiliki gawai.

Masalah di atas sebetulnya dapat disikapi secara efektif, misalnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di daerah melakukan kerjasama dengan stasiun televisi dan radio lokal untuk menyelenggarakan kegiatan belajar dari rumah. Fasilitas-fasilitas sederhana lain yang dimiliki oleh sekolah, seperti Radio Komunitas Sekolah sebaiknya diaktifkan lagi sebagai media penyampai informasi pendidikan kepada para siswa. Pemerintah Kota Sukabumi bisa memanfaatkan Radio Perintis RSPD FM dalam kegiatan belajar dari rumah. Saya pikir, meskipun pesawat radio sudah jarang digunakan, paling tidak rata-rata keluarga masih memilikinya.

Beberapa pihak telah terlibat selama kegiatan belajar dari rumah, khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di penyediaan internet. Paket kuota internet diberikan secara gratis sebesar 30 Gb digunakan untuk mengakses aplikasi-aplikasi pembelajaran. Memang sangat terbatas karena program seperti ini hanya dapat diakses oleh anak-anak dan orangtua yang memiliki gawai canggih dan dapat mengakses internet.

Sebagai tanggung jawab Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan, pemerintah bisa mendesak perusahaan-perusahaan menyiapkan fasilitas pendukung kegiatan belajar dari rumah. Misalnya, jika selama ini mereka melakukan program besar-besaran di bidang pemasaran dengan mencetak jutaan banner, spanduk, baligho, pamflet, akan lebih bermanfaat jika di masa pandemi ini dialihkan dengan membuat leaflet, brosur, dan bulletin pendidikan selanjutnya didistribusikan ke setiap sekolah atau ke masyarakat langsung.

Kecuali itu, masih banyak cara dan strategi yang dapat ditempuh dan memerlukan pemikiran bersama sebagai bentuk kepedulian kita terhadap dunia pendidikan.

Menghadapi Tahun Pelajaran 2020/2021

Membuka sekolah dan menyelenggarakan kegiatan belajar di sekolah secara tatap muka untuk saat ini masih tetap harus dipertimbangkan secara matang. Kenaikan kasus positif Covid-19 di Indonesia masih ada di kisaran 500 orang bahkan lebih, ini berarti sampai saat ini masih terjadi penularan virus korona dari orang ke orang. Kebijakan belajar dari rumah memang masih menjadi rekomendasi sebagai pilihan tepat bagi dunia pendidikan.

Wacana yang sedang berkembang bahwa kehidupan di tahun 2020 adalah saat yang tepat bagi manusia melakukan rekonstruksi dan reformulasi dari kehidupan usang ke kehidupan normal baru harus menjadi landasan pijakan penerapan program dan strategi pendidikan baru. Hasil survey Persatuan Guru Republik Indonesia menunjukkan 70% responden masih memilih kegiatan belajar dari rumah untuk menghindari penambahan klaster baru penularan virus korona. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Dinas Pendidikan di setiap daerah juga sedang memikirkan cara efektif, segar, dan mengeluarkan kebijakan yang lebih memerhatikan kesehatan para peserta didik.

Pendaftaran peserta didik baru secara daring atau PPDB online menjadi pilihan tepat untuk mengurangi kerumunan para calon peserta didik di sekolah. Penerimaan siswa baru melalui layanan daring dan dilakukan secara mandiri sebetulnya bukan hal baru, telah beberapa kali program ini diterapkan oleh Dinas Pendidikan dan lembaga pendidikan.

Skema proses pembelajaran di tahun pelajaran 2020/2021 yang harus menjadi prioritas pemikiran, memerlukan kajian yang terukur, sebab bagaimana pun juga, pandemi Covid-19 ini dapat diselesaikan melalui pendekatan ilmiah, terukur, dan secara saintifik. Prilaku sosial masyarakat juga menjadi penentu keberhasilan daerah dalam memerangi pandemi.

Keberhasilan Provinsi Jawa Barat dalam menekan kenaikan angka positif Covid-19 memperlihatkan dua hal yang dapat diukur secara ilmiah. Pertama, penerapan pembatasan sosial berskala besar di seluruh kota dan kabupaten telah menurunkan tingkat penularan. Kedua, prilaku sosial masyarakat yang mematuhi setiap penerapan protokol kesehatan maksimum, seperti: memakai masker saat di luar rumah; mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer; penjarakan fisik dan sosial; dan mengonsumsi makanan bergizi menjadi penentu lain keberhasilan menekan peningkatan kasus positif korona.

Sampai saat ini, tiga skema telah diwacanakan dalam menghadapi proses pembejaran di tahun ajaran 2020/2021. Pertama, sekolah tetap melakukan pendaftaran peserta didik baru. Kedua, sekolah akan dibuka namun dengan tetap memerhatikan penerapan protokol kesehatan dan dilakukan pembagian kelompok belajar untuk menghindari kerumuman. Ketiga, kegiatan belajar dari rumah tetap diterapkan sampai Desember 2020.

Peristiwa yang terjadi di negara lain harus menjadi pelajaran bagi kita. Beberapa hari saat sekolah dibuka kembali di New South Wales, terjadi kembali lonjakan penularan virus korona kepada para peserta didik dan guru karena kontak fisik sangat sulit dihindari dalam kegiatan belajar. Membuka kembali sekolah atau menormalkan kembali kegiatan pendidikan di saat pandemi belum tuntas memang pilihan paling berat dan berisiko. Pendidikan jarak jauh dan belajar dari rumah menjadi cara dan pilihan terbaik selama pandemi belum usai. Manusia selalu dituntut untuk berpikir dan bertindak menggunakan cara-cara baru di saat menghadapi era yang kita kenal dengan sebutan kehidupan normal baru.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *