Ingat Tomy

Dahlan Iskan
Dahlan Iskan

Di atas kapal itu saya pun segera melupakan Tomy. Saya menyendiri di ruang VIP. Hanya ada kami bertiga di situ: saya belum menulis naskah untuk Disway edisi esok hari. Juga belum memilih komentar pilihan.

Bacaan Lainnya

Senja itu saya bisa istirahat sambil menulis.

Tak terasa di luar sudah gelap. Sebelum menulis saya ingin sekali mengirim WA ke dirut ASDP yang hebat itu: Mbak Ira. Bukan untuk memujinya. Hanya untuk curhat: colokan HP di ruang itu jadul sekali. Padahal, di zaman ini, colokan HP lebih penting dari pantun terbaik Aryo sekali pun.

Saya batalkan rencana itu. Terlalu sepele soal colokan untuk diketahui seorang dirut. Saya juga tidak mau dinilai menjadi penumpang yang cerewet.

Toh masih ada 10 persen baterai di HP saya. Pasti cukup untuk satu naskah pendek.

Dan lagi belum tentu naskah lebih penting dari pantun yang kini mewabah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *