Dobel Alhamdulillah

Saya pun ingat kejadian tepat setahun lalu. Di tanggal yang sama. Saya tergeletak sakit di rumah. Hanya ditemani isteri. Anak-cucu baru meninggalkan Makkah. Menuju Florida. Bertahun baru di sana. Saya dan isteri mestinya bersama mereka. Tapi ada musibah. Ketika di Madinah dada dan punggung saya sesak. Luar biasa menyiksa. Sulit bernafas.

Saya minta dilarikan ke rumah sakit. Saya mengira terkena serangan jantung. Dokter Madinah memeriksa jantung saya. Dengan alat-alat modern. “Jantung Anda istimewa. Pulang saja. Nanti sembuh sendiri,” katanya.

Bacaan Lainnya

Saya tidak mau pulang. Lalu disuntik morphin. Masih tetap sesak. Tapi nyerinya berkurang. Saya putuskan: biar anak-cucu ke Makkah. Saya dan istri beli tiket baru: kembali ke Surabaya. Dengan dada masih nyeri sepanjang penerbangan.

Dari bandara Juanda saya langsung masuk RS. Di internasional NH Surabaya Barat. Tiga hari opname di situ. Juga tidak ditemukan apa-apa. Padahal tetap belum bisa b-a-b. Sudah satu minggu. Sampailah saya ingat Maulana Jalaluddin Rumi. Dan guru sufi saya di Indonesia.

Tengah malam itu saya melakukan kegiatan spiritual. Istri saya menghitung. Saya tidak mau tasbih mengganggu konsentrasi. Pagi harinya saya bisa b-a-b. Lalu minta keluar RS. Dirawat istri saja di rumah. Dibikinkan tajin. Agar ada nutrisi masuk sistem.

Saya bermalam tahun baru berdua saja. Di tempat tidur. Anak-menantu memonitor lewat iPhone. Robert Lai terus khawatir. Memaksa saya ke Singapura. Teman baik saya itulah yang mengatur semuanya. Anda pun sudah tahu. Dokter di sana mengatakan bahwa saya sangat beruntung.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *